Djawanews.com – “Pahlawan tanpa Tanda Jasa” sangat layak disematkan bagi Henricus Suroto (59) yang merupakan guru SD Kanisius Kenalan, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Suroto tidak seperti guru-guru lainnya yang mengajar melalui internet, namun dirinya harus memacu sepeda motornya untuk menyusuri jalan berbatu di kawasan pegunungan Menoreh dusun Kapuhan, Desa Majaksingi.
Bukan tanpa alasan Suroto harus mengajar secara tatap muka di tengah pandemi Covid-19 ini, banyak dari muridnya yang tidak dapat mengakses internet lantaran rumah mereka berada di kawasan pegunungan.
Selain itu, banyak juga dari orang tua murid yang tidak memiliki gawai untuk sekolah daring anaknya. Hal tersebut yang membuat Suroto harus mengunjungi rumah murid untuk mengajar secara tatap muka.
Suroto mengaku jika dirinya bersama guru-guru lainnya sudah sejak pertengahan Maret 2020, berinisiatif mendatangi rumah murid untuk belajar bersama. Pertemuan dilakukan secara berkelompok, dengan jumlah dua hingga enam anak dalam setiap dusun.
Yang patut dicontoh dari Suroto adalah tidak hanya lantaran susah sinyal alasannya mendatangi murid-muridnya, namun dirinya mengaku jika tanggung jawab sebagai guru kurang maksimal ketika melakukan belajar daring.
“Meski pembelajaran bisa dilakukan secara daring, tapi tidak bisa menggantikan kehadiran sosok seorang guru,” jelas Suroto.
Selain kisah Suroto yang mengajar melewati jalan terjal berbatu di Pegunungan Menoreh, simak berita menarik lainnya hanya di Warta Harian Nasional Djawanews.