Djawanews.com – Menteri Pendidikan Serbia, Branko Ruzic mengumumkan pengunduran dirinya pada Minggu (7/5), menyusul tragedi dua penembakan beruntun di negara tersebut. Pertama, penembakan di sekolah dasar yang menewaskan delapan anak dan seorang petugas keamanan, dan kemudian penembakan massal lainnya sehari kemudian.
Para tersangka dalam kedua kasus penembakan itu, masing-masing seorang anak laki-laki berusia 13 tahun dan seorang pria berusia 20 tahun, telah ditahan aparat keamanan.
Partai-partai oposisi, yang menyalahkan Pemerintahan Perdana Menteri Ana Brnabic karena gagal mencegah kedua aksi tersebut, menyerukan kepada para pendukungnya untuk bergabung dalam pawai anti-pemerintah pada hari Senin malam di Beograd. Mereka antara lain menuntut pengunduran diri Menteri Ruzic.
"Sebagai seorang yang bertanggung jawab dan dibesarkan dengan baik, sebagai seorang profesional dalam memenuhi semua tugas publik selama ini, dan sebagai orang tua dan sebagai warga negara Serbia, saya membuat keputusan yang rasional untuk mengundurkan diri," ujar Menteri Ruzic dalam surat pengunduran dirinya kepada PM Brnabic, melansir Reuters 8 Mei.
Setelah penembakan tersebut, pemerintah memperkenalkan serangkaian tindakan minggu lalu, bertujuan untuk mencegah kekerasan di sekolah dan mengurangi jumlah senjata yang dipegang oleh warga sipil.
Diketahui, Serbia memiliki budaya kepemilikan senjata api yang sudah mengakar, terutama di daerah pedesaan. Namun, undang-undang pengendalian senjata api di negara ini sudah cukup ketat bahkan sebelum terjadinya penembakan terakhir.
Serbia dan negara-negara Balkan Barat lainnya dibanjiri dengan senjata dan persenjataan kelas militer yang berada di tangan pribadi, seiring berakhirnya perang tahun 1990-an yang mencabik-cabik bekas negara Yugoslavia.