Djawanews.com – Kecelakaan laut di Pantai Goa Cemara pada Kamis (6/8/2020) yang menewaskan 7 orang wisatawan diduga akibat Rip Current.
Lantas, apa itu Rip Current?
Menurut Dosen Program Studi Sarjana Terapan Sistem Informasi Geografis Departemen Teknologi Kebumian Sekolah Vokasi UGM Hendy Fatchurohman, rip current merupakan arus air yang mengalir kuat ke arah laut.
Hendy menyebut, arus air kuat ini ada di beberapa titi di perairan pantai DIY.
“Kalau secara statistik ada tidaknya rip current (di Perairan DIY) beluim ada. Tapi kemarin kita sudah memetakan ada di (pantai) Pulang Sawal, Drini, dan Baron. Kalau isal lokasi presisi harus ambil foto udara, nanti dilihat sekilas ada area atau pola yang tidak membentuk pecah gelombang, itu untuk rip current dengan sifat menetap,” ujar Hendy melansir KR Jogja, Selasa (11/8/2020).
Hendy menjelaskan, rip current di Perairan Gunungkidul dengan Bantul dan Kulonprogo cenderung berbeda.
“Di Gunungkidul, rip current cenderung tetap. Sedangkan di Bantul dan Kulonprogo sifatnya berpindah,” terang Hendy.
“Pantai-pantai yang materialnya pasir seperti Parangtritis, Pantai Goa Cemara dan lain-lain notabennya pasirnya kan dinamis. Kenapa berpindah, karena sebenarnya kan rip current itu agen pembawa sedimen, dia membawa sedimen pasir ke arah laut. Seperti di Parangtritis dan pantai di Kabupaten Kulonprogo itu karakternya pindah-pindah sehingga tidak bisa diprediksi,” kata Hendy lagi.
Kendati demikian, rip current bisa dideteksi dengan mata telanjang. Biasanya, rip current ditandai dengan tidak adanya ombak yang pecah saat tiba di pantai.
“Secara awam sebenarnya bisa dilihat kasat mata. Jika ada gelombang datang nanti pecah jadi ombak terus jadi buih-buih putih. Nah, yang tidak ada buih putihnya itu bisanya yang ada rip current,” ucap Hendy.