Djawanews.com – Saat negara lain, seperti Korea Selatan dan Taiwan sudah memiliki platform pemantauan suplai masker bagi kebutuhan publik, Indonesia masih kewalahan. Bahkan masker kesehatan di sejumlah apotek kerap habis atau jika pun tersedia, dijual dengan harga selangit, kendati kebutuhan masyarakat akan masker di tengah wabah virus corona COVID-19 begitu tinggi, dan konon stok masker sangat berlimpah di negeri ini.
Menanggapi hal tersebut, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yakin bahwa sebetulnya Indonesia mampu mengetahui jumlah stok masker yang dibutuhkan apotek di tengah wabah virus corona COVID-19. Keyakinan ini, menurut Direktur Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi BPPT, Michael Andreas Purwoadi dikarenakan sudah tersedianya teknologi Big Data di berbagai instansi pemerintahan.
“Tentu saja bisa dilakukan di Indonesia. Platform untuk Big Data sudah ada di berbagai instansi pemerintah, untuk menerima data-data apa pun,” kata Michael seperti dikutip Djawanews dari CNN Indonesia.
Mengapa Indonesia kesulitan memantau stok masker?
Nahas, kendati teknologi Big Data sudah tersedia di Indonesia, Andreas mengatakan kesulitan penerapan peraturan tersebut disebabkan belum adanya peraturan yang mengharuskan industri melaporkan jumlah produksi kepada pemerintah.
“Peraturannya belum mengharuskan industri-industri yang menghasilkan produk-produk yang digunakan untuk penanggulangan Covid-19 ini untuk melaporkan jumlah produksinya,” kata Michael.
Tak heran, Indonesia mengalami kekurangan stok masker, padahal masker atau Alat Pelindung Diri (APD) yang diekspor dari China ternyata buatan Indonesia.
“Kita bisa lihat, misalnya bantuan APD atau masker dari China, ternyata buatan Indonesia. Produk obat kina (chloroquine) juga terbesar dari Indonesia,” kata Michael.