Apakah benar makna filosofis bendera merah putih hanya sebatas suci dan berani?
Bendera sebagai lambang negara tentu memiliki makna filosofis sendiri. Makna bendera merah putih, yang dikenal masyarakat adalah putih tulang, dan merah darah.
Namun jika ditelusuri lebih dalam, bendera merah putih tinggi akan makna filosofis dan historis. Hal tersebut sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Soekarno yang berpesan jangan sampai bendera Indonesia berganti.
Makna Filosofis Bendera Merah Putih, dari Soekarno hingga Majapahit
- 6000 Tahun Lalu, Merah Putih Sudah Ada
Hal yang diungkapkan Bung Karno sungguh mengejutkan, lantaran menurutnya Merah Putih bukanlah buatan Republik Indonesia, juga bukan buatan tokoh-tokoh nasional.
Bung Karno menyatakan jika enam ribu tahun sebelum Indonesia Merdeka, leluhur bangsa Indonesia sudah lebih dahulu memberi makna pada Merah Putih. Pada era sebelum agama samawi masuk ke nusantara, leluhur bangsa Indonesia meyakini jika pemberi hidup adalah matahari dan bulan.
Matahari dengan warna merah, dan bulan dengan warna putih, yang kemudian memunculkan makna “getih” dan “getah”. “Getih” berarti darah semua makhluk (manusia dan hewan), dan “getah” yang disebut darah tumbuhan (berwarna putih), adalah ‘darahnya’ tumbuhan: warnanya putih.
Menurut Bung Karno, pada fase selanjutnya Merah Putih mulai berpengaruh pada berbagai kerajaan di masa silam, mulai dari Kediri, Singosari, Majapahit hingga Mataram yang menggunakan Merah Putih sebagai panji kerajaan.
- Merah Putih, Bendera Majapahit
Ratusan tahun silan ada istilah pasukan elit “gula kelapa”, atau pasukan Merah Putih di bawah naungan Kerajaan Majapahit yang wilayah kekuasaannya terbentang hingga seabgian wilayah Asia.
Menariknya bendera Kerajaan Majapahit berwarna merah dan putih. “Sang Saka Getih-Getah Samudra” atau Sang Saka Gula Kelapa adalah nama bendera kerajaan Majapahit.
Bendera Majapahit memiliki corak 5 garis merah dan 4 putih horizontal yang sama lebar. Garis horisontal tersebut diawali dan diakhiri dengan garis merah yang melambangkan wilayah Nusantara dalam Sumpah Amukti Palapa.
Pada masa Majapahit, meyoritas penduduk nusantara memeluk agama Hindu. Merah dan putih sendiri dalam ajaran Hindu memiliki pesan filosofis sendiri.
Merah—Putih atau Matahari Bulan, dalam Hindu dipercaya sebagai perwujudan Sang Hyang Surya Candra atau dewa yang mengatur siang dan malam. Nama Surya Candra berasal dari bahasa Sansekerta, “Surya” berarti matahari dan “candra” berarti bulan.
Merah dan putih bukan berarti warna tanpa makna, makna filosofis Bendera Merah Putih sudah ditempa dengan perjalanan panjang ribuan tahun. Merah Putih yang berkibar di Jalan Pegangsaan Timur 74 tahun silam adalah tanda jika kemerdekaan Indonesia tidak pernah lepas dari faktor historis.