Dilansir dari blog.netray.id: Aktivis sosial Dandhy Laksono bergabung dengan Farid Gaban mencanangkan ekspedisi keliling Indonesia sembari membuat video dokumenter.Mereka memberi nama ekspedisi tersebut dengan nama Ekspedisi Indonesia Baru (EIB). Masing-masing pernah membuat perjalanan serupa yakni Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa (Farid Gaban) di tahun 2009 dan Ekspedisi Indonesia Biru (Dandhy Laksono) pada tahun 2015.
Berbeda dengan dua ekspedisi sebelumnya yang dilakukan secara pribadi atau dengan tim masing-masing. Pada ekspedisi ini mereka membuka audisi bagi relawan yang ingin terlibat di dalamnya. Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi oleh peminat apabila mereka tertarik mengikuti ekspedisi ini.
Setelah EIB melempar persyaratan tersebut ke ruang publik, banyak pihak yang merasa bahwa persyaratan tersebut bisa bertentangan dengan misi yang ekspedisi. Bagi mereka alih-alih syarat ini untuk menjaring relawan, Dandhy dan Farid dianggap hanya akan melakukan tindakan eksploitatif terhadap pencari kerja tersebut atas nama gerakan. Tercantum di dalam persyaratan bahwa EIB tidak akan mengupah relawan tersebut, harus bersedia bekerja tanpa jeda selama satu tahun, dan berusia maksimal 30 tahun.
Pemantauan Linimasa Topik Relawan
Netray Media Monitoring telah memantau bagaimana perdebatan warganet terkait isu kerelawanan ini berkembang di linimasa Twitter. Pemantauan dilakukan dengan menggunakan kata kunci “relawan” dan “aktivis”. Sementara itu periode yang diambil adalah antara tanggal 27 Januari hingga 2 Februari 2022. Hasilnya seperti berikut ini.
Cukup banyak akun yang menyuarakan protes mereka terhadap syarat rekrutmen relawan EIB, tapi akun @komuniche menjadi akun yang paling banyak mendapat impresi dari warganet. Yang menjadi daya tarik warganet atas twit dari akun ini adalah karena mempermasalahkan landasan berpikir EIB kala menyertakan syarat usia dan kerelaan untuk tidak digaji. Bagi akun ini, EIB tidak bisa seenaknya memaksakan komitmen kepada relawan tersebut karena tidak menawarkan instrumen pengupahan.
Dari daftar Top Accounts di atas juga muncul akun milik penulis Puthut EA di @Puthutea. Puthut mendukung balik EIB dengan menyebutkan bahwa mungkin banyak yang belum paham kerja-kerja kerelawanan. Baginya ada orang yang bisa mengerjakan sesuatu karena penting bahkan tanpa mendapatkan upah yang sepadan. Perbedaan sudut pandang karena penggajian ini yang ia pandang menjadi akar keributan menurut Puthut.
Perbincangan dengan topik relawan sepertinya selalu muncul di linimasa setiap hari. Akan tetapi perbincangan ini melonjak dan mencapai puncaknya pada tanggal 31 Januari 2022. Ini adalah waktu ketika isu ekspedisi EIB dan relawan ramai dibicarakan oleh warganet Twitter.
Meski begitu tanggal tersebut bukanlah kali pertama isu terkait mencuat ke permukaan publik. Dari pemantauan grafik Peak Time, terlihat bahwa baik akun @Puthutea dan @komuniche sama-sama memulai perbincangan pada tanggal 29 Januari 2022.
Sebelum tanggal 29 Januari perbincangan relawan memiliki tendensi isu yang sangat berbeda. Yakni terkait wacana dukung-mendukung pilpres yang masih 2 tahun lagi. Salah satu yang berhasil ditangkap Netray adalah dukungan sejumlah relawan apabila Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mencalonkan diri pada Pemilu 2024 nanti.
Dari fakta tersebut terlihat bahwa kata relawan adalah penanda kosong yang masing-masing pihak bisa memaknainya sesuai versi masing-masing. Relawan bisa berarti aktivitas tentatif yang tidak bisa diikat dengan komitmen karena menjadi perwujudan kemerdekaan bagi relawan itu sendiri.
Selin iitu relawan juga bisa berarti mereka yang siap untuk mendapatkan materi yang tak sebanding dengan kapasitas kerja karena berbasis renjana. Yang terakhir adalah kesiapan meluangkan rutinitas guna mendukung politisi yang ingin meraih posisi politik tertentu, dengan imbalan yang diyakini secara umum pantas buat mereka.
Lantas bagaimana respon Dandhy Laksono dan Farid Gaban sendiri dalam menanggapi perbincangan ini? Dari pemantauan Netray, Dandhy dengan akunnya @Dandhy_Laksono sangat jarang membahas wacana relawan secara spesifik melalui twit. Ia menawarkan permasalahan ini dibahas melalui fitur Space yang ada di Twitter. Sedangkan @faridgaban membuat sebuah twit yang membahas kerelawanan dengan menyebut pengalaman bekerja istrinya. Yang disampaikan Farid ini hampir senada dengan pendapat Puthut di awal tadi.
Wacana terkait relawan bisa muncul kapan saja dengan pemantik yang sangat beragam. Relawan tidak hanya dimiliki aktivis sosial. Ia juga milik politisi, negara, dan warga masyarakat. Siapapun bisa memaknai wacana kerelawanan sesuai perspektif mereka masing-masing. Selama masih mengusung prinsip berkeadilan. Pantau terus perbincangan-perbincangan menarik lainnya di blog Netray.
Editor: Irwan Syambudi