Media sosial menjadi salah satu tempat untuk menekan hoax pemilu 2019. Bagaimana hasilnya? Simak artikel berikut ini.
Bukan hal baru jika setiap pemilu selalu diwarnai dengan berita hoax atau berita bohong. Termasuk hoax pemilu 2019 yang marak kali ini. Beberapa pihak bahkan berpendapat bahwa pada pemilu 2019 kali ini berbagai hoax masif disebar, terutama lewat media sosial. Berbagai media sosial seperti instagram, facebook, twitter, bahkan whatsapp juga digunakan sebagai sarana untuk menyebarkan hoax.
Untuk memerangi hoax pemilu 2019 tersebut, optimasi media sosial menjadi salah satu kuncinya.
Memerangi hoax di pemilu 2019 lewat media sosial ternyata telah digunakan oleh tim pemenangan Paslon 01. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sony Subrata, Direktur PolitcaWave. “Keunggulan pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin di media sosial adalah strategi komunikasinya yang benar. Mereka fokus dan terarah kepada substansi dan akurasi. Bukan sekedar sebanyak-banyaknya isu dan percakapan,” Minggu (12/5/2019).
Dalam masa kampanye, memang beberapa pihak berpendapat bahwa pasangan Jokowi-Maruf Amin menjadi pasangan calon yang kerap menjadi sasaran kabar bohong atau hoax. Kabar bohong tersebut kerap mewarnai berbagai media sosial. Baik dibuat dengan sengaja atau tidak, hal tersebut tentu merugikan. Untuk mengatasi hal tersebut, tim media sosial pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin selalu berkomitmen untuk perang terhadap berita bohong atau hoax.
Sony juga berpendapat bahwa berita bohong atau hoax yang sering menyerang pasangan calon nomor urut 01, Jokowi-Ma’ruf Amin, sebagian sudah berhasil diluruskan dengan langkah yang tepat. Tim pemenangan 01 menggunakan media sosial sebagai salah satu strateginya. Pelurusan terhadap hoax tersebut bertujuan untuk memberikan pemahanan kepada masyarakat terkait informasi mana yang benar dan yang tidak benar.
“Tim media sosial Jokowi-Ma’ruf Amin juga fokus kepada perlawanan terhadap hoax dan fitnah. Mereka tidak terpancing untuk melawan hoax dengan hoax, melawan fitnah dengan fitnah. Ini adalah strategi komunikasi yang sudah tepat,” jelas Direktur PolitcaWave.
Sony juga berharap beberapa pihak dapat belajar dari tim media sosial Jokowi-Ma’ruf Amin. Terlebih lagi pada saat pemilihan kepala daerah mendatang. Sony mengharapkan para timses tiap kandidat melakukan hal yang sama, yaitu dengan berkampanye positif melalui sosial media.
“Banyak strategi yang bisa digunakan dan banyak strategi yang harus dihindari. Sistem algoritma di PoliticaWave bisa membedakan akun riil dan akun bodong. Karena sejak 2012 algoritma kami terus belajar dari upaya-upaya mereka yang menciptakan akun-akun robot untuk membentuk opini di media sosial. Itu semua kami filter,” papar Sony seperti yang dikutip dari news.detik.com.
Keunggulan tim media sosial pada Paslon 01 lainnya adalah strategi digital yang dimiliki. Sony menilai para timses justru menggunakan media sosial dengan cara yang kurang tepat. Bahkan para timses tersebut seolah tidak memiliki pemahaman yang baik terhadap komunikasi digital.
“Kesalahan ini terjadi karena tim kampanye di media sosial salah menyusun strategi dan kurang memahami bagaimana cara berkomunikasi secara digital yang efektif dan efisien,” pungkas Sony.
Sony berpendapat bahwa kampanye yang dilakukan secara digital harus dimonitor, diukur, dievaluasi dan kemudian disesuaikan untuk menjadi strategi berikutnya. Jika itu dilakukan dengan benar, maka bukan tidak mungkin hoax dapat ditekan, seperti halnya hoax pemilu 2019 kali ini.