Djawanews.com – Gunung Merapi yang kini sudah level III siaga membuat beberapa warga di sekitaran lereng mengungsi, termasuk warga Kalitengah Lor. Namun ada yang menarik di Barak Pengungsian Banjarsari adalah sosok Mbah Ngali Kromo yang merupakan pengungsi tertua.
Mbah Kromo yang bulan depan sudah berusia 100 tahun tersebut mengaku juga akrab dengan dinamika letusan Gunung Merapi. Nenek kelahiran 31 Desember 1920 tersebut mengungsi bersama cucu dan cicitnya sejak akhir pekan lalu.
Mbah Kromo mengaku jika dirinya sampai lupa berapa kali merapi meletus. “Sudah lupa berapa kali tapi sejak kecil pernah mengungsi,” kata Mbah Kromo saat ditemui di Barak Banjarsari, Rabu (11/11/2020).
Kendati mengungsi, Mbah Kromo mengaku jika dirinya masih tetap bisa merasakan tidur nyaman karena anak, cucu dan cicitnya juga berada di tempat yang sama. Kemudian, apabila dirinya bosan maka lebih memilih keluar mencari angin dan mengobrol dengan sesama lansia lainnya.
Mbah Kromo yang mengaku sudah sejak kecil tinggal di lereng Merapi, namun dirinya tidak dapat mengenali tanda-tanda Gunung Merapi jika akan erupsi.“Tanda-tandanya tidak ada, tahu-tahu sudah kejadian. Biasanya ada suara gemuruh,” paparnya.
Ketika ditanya resep panjang umur, Mbah Kromo menjelaskan jika dirinya biasa makan seadanya dan banyak makan sayur-sayuran. “Makan daun-daunan dari kebun sendiri. Labu siam dan daun ketela,” tutup Mbah Kromo.
Selain pengungsi tertua di Merapi, simak berita menarik dari berbagai daerah lainnya di Nusantara hanya di Warta Harian Nasional Djawanews. Untuk mendapatkan informasi cepat dan menarik jangan lupa ikuti Instagram @djawanewscom.