Impor bahan baku plastik masih tetap dilakukan industri di tanah air, meskipun sampah plastik di Indonesia menumpuk dan tidak terurus.
Sampah plastik adalah permasalahan serius yang melanda dunia di abad ini. Banyak organisasi seperti Greenpeace atau Zero Waste yang prihatin terhadap hal tersebut, namun impor bahan baku plastik masih saja ada.
Penyelesaian dari Impor Bahan Baku Plastik
Beberapa organisasi tersebut mirisnya tidak banyak yang menyelesaikan permasalahan, yang terbaru (dan menjadi tren) adalah maraknya mengganti sedotan plastik dengan sedotan berbahan almunium. Bukankah almunium akan lebih seusah terurai?
Terkait dengan permasalahan sampah di dalam negeri dan sampah yang masuk di Tanah Air, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga sedang memikirkan langkah konkret ke depannya. Berikut ini beberapa hal yang telah Djawanews rangkum.
- Sinergi dengan UNDP
Menggandeng Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pembangunan (United Nations Development Programme/UNDP), Kemenperin berkomitmen melakukan tindakan pengurangan polusi plastik.
Kemenperin saat ini melakukan tiga hal dalam menekan sampah plastik, di antaranya meminimalisir penggunaan produk berbahan plastik sekali pakai, menggunakan material alternatif yang mudah terurai, dan daur ulang sampah plastik menjadi barang ekonomis.
Namun meskipun penggunaan kantong plastik ramah lingkungan (biodegradable plastic) sudah diterapkan, saat ini tidak banyak pelaku industri yang menggunakannya. Hal tersebut lantaran harganya dianggap masih relatif lebih mahal dibandingkan plastik konvensional.
- Riset Limbah Plastik Menjadi BBM
Komitmen Kemenperin selanjutnya adalah melakukan riset melalui Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) Jakarta yang tengah menganalisis pengolahan sampah plastik menjadi BBM.
Riset tersebut adalah tindak lanjut dari hasil temuan Muryani (59) warga Blitar, Jawa Timur yang melakukan inovasi dengan membuat alat pengolahan limbah plastik menjadi bahan bakar minyak (BBM).
Ke depannya BBKK merencanakan terdapat tiga BBM yang dihasilkan dari alat Muryani, yaitu solar, minyak tanah dan premium. Namun sebelumnya perlu diuji karakteristik dan peforma terhadap mesin bermotor.
- Galakkan Industri Daur Ulang
Langkah ketiga Kemenperin adalah dengan mendukung pertumbuhan industri daur ulang plastik. Langkah tersebut dilakukan guna memenuhi kebutuhan bahan baku bagi sejumlah sektor manufaktur di Indonesia.
Saat ini pengembangan industri daur ulang plastik dalam negeri adalah salah satu prioritas yang dilakukan pemerintah. Hal tersebut lantaran sebagai pengganti bahan baku impor karena kebutuhan bahan baku plastik masih sangat tinggi.
Kemenperin juga menyatakan jika sektor industri daur ulang dinilai menjadi salah satu sumber dvisa negara. Saat ini terdapat 50 industri daur ulang di Indonesia yang telah berinvestasi sebesar Rp2,63 triliun dan menyerap tenaga kerja lebih dari 20.000 orang.
Ketiga langkah Kemenperin di atas dalam mengurangi impor bahan baku plastik dan pengelolaan plastik memang tidak terlalu di-ekspos media atau menjadi perhatian. Sudah sewajarnya sebagai warga negara yang baik kita apresiasi dan melakukan pengawasan, bukan malah menggunakan sedotan almunium. Ehh.