Djawanews.com – Pakar ekonomi Rizal Ramli menceritakan pengalaman ketika dirinya memberikan komando untuk melengserkan Presiden RI yang saat itu dijabat oleh Soeharto.
Pada Oktober 1997, Rizal Ramli mendapatkan undangan dari para petinggi ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), saat ini bernama TNI (Tentara Nasional Indonesia). Acaranya diselenggarakan di Seskogab (Sekolah Staf Komando Bagian Gabungan), Bandung dan dihadiri oleh sekitar 200 jenderal dan kolonel.
“Pada bulan Oktober 97, saya diundang untuk bicara di Sekogab di Bandung. Pada waktu itu Letnan Jenderal Ari Kumaat kepalanya. Ada 200 jenderal dan kolonel yang hadir,” kata Rizal Ramli dalam acara bincang di kanal YouTube Refly Harun, dikutip pada Jumat, 10 Desember.
Acara dibuka dengan pernyataan dari Jenderal Sayudiman yang dengan tegas mengatakan bahwa ABRI tetap mendukung kepemimpinan Soeharto meskipun dilanda krisis ekonomi.
“Pada waktu itu yang bicara pertama Jenderal Sayudiman, dia bilang waktu itu Oktober 97 Indonesia saat krisis, dia waktu itu bilang ‘tidak ada pilihan bagi ABRI, kecuali dukung Presiden Soeharto all out’,” ujar Rizal.
Tibalah saatnya giliran Rizal Ramli berbicara. Dia dengan lantang mengungkapkan bahwa berlawanan pendapat dengan Jenderal Sayudiman.
“Proses giliran saya, saya bilang kalau 180 derajat berbeda dengan Jenderal Sayudiman. Saya ibaratkan waktu itu Indonesia sebagai bola kaca yang sudah retak. Kemudian teman-teman pro demokrasi ngomong di hadapan tentara kalau sudah tidak sabar, 32 tahun Soeharto berkuasa,” tutur Rizal.
Para perwira tinggi TNI yang hadir heran dengan keberanian Rizal Ramli. Bahkan mayoritas petinggi TNI yang hadir saat itu menyetujui pendapatnya.
“Waktu break makan siang, saya suruh staf saya si Tri untuk keliling ke meja makan satu per satu untuk menanyakan ke para jenderal dan kolonel yang hadir soal pernyataan Rizal Ramli. Mereka bilang bahwa Pak Ramli gila, ini kan Soeharto masih berkuasa, kok dia bisa ngomong begitu di kandang singa,” katanya.
“Tapi apa yang diomongin Pak Ramli benar, Soeharto sudah keterlaluan, ini kata-kata jenderal lho ya,” imbuhnya.