Djawanews.com – Posisi lereng Gunung Semeru yang dekat dengan kawah salah satu gunung berapi paling aktif menjadikan kawasan ini rawan bencana. Oleh sebab itulah, warga di desa-desa kawasan ini sangat rentan menjadi korban letusan hingga banjir bandang.
Pada 14 Mei 1981, kawasan lereng Gunung Semeru pernah diterjang banjir bandang dahsyat. Hujan lebat berlangsung lama menyebabkankan kawah Gunung Semeru meluber dan menyemburkan lumpur. Luapan aur berlumpur tersebut meluncur hebat menerjang apa saja yang dilalui.
Tercatat ada 26 desa di enam kecamatan wilayah lereng Gunung Semeru terdampak banjir bandang karena peristiwa tersebut.
Desa-desa itu adalah Purorejo dan Kaliuling (Kecamatan Pronojiwo); Desa Penanggal, Sumbermujur, Tambakrejo, Kelapasawit, Jugosari (Kecamatan Candipuro); Desa Pandanwangi, Rampini, Tempeh Tengah, Jatisari dan Gesang (Kecamatan Tempeh); Desa Badek, Nguter, Madurejo, Somowu, Selok Awar-Awar, Gondoraso dan Bogo (Kecamatan Pasirian); Desa Jatimulyo (Kecamatan Kuniran); serta Desa Pasrujambe, Tosari, Seduro, Karikemuning, Purworejo dan Anganom (Kecamatan Senduro).
Beradasarkan catatan resmi pemerintah, akibat banjir bandang tersebut ada 252 orang tewas, 152 orang luka-luka dan 120 lainnya hilang dalam musibah tersebut. Bagaimana reaksi pemerintah?
Mengutip buku Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita terbitan Antara Pustaka Utama, 2008, Presiden Soeharto kala itu menginstruksikan agar sungai-sungai di Lumajang dinormalisasi. Perintah itu disampaikan Soeharto kepada Menteri Pekerjaan Umum Purnomosidi.
“Presiden juga minta supaya jalan-jalan secepatnya dibersihkan supaya kehidupan rakyat setempat dapat pulih kembali serta melancarkan usaha-usaha pertolongan. Selain itu, agar diusahakan penyelamatan terhadap produksi padi rakyat,” kata Purnomosidi kepada wartawan seusai bertemu Soeharto di Bina Graha pada Selasa, 14 Mei 1981.