Siapa sangka jualan kliping di Solo, membuat Haryoso (70) dapat bertahan hidup. Bahkan kelima anaknya dapat mencicipi bangku kuliah. Apakah profesi tersebut masih memungkinkan di zaman sekarang?
Sebelum ada internet, bagi para mahasiswa mungkin tidak asing lagi ketika ada tugas kuliah, lalu mencari penjual kliping seperti Haryoso. Namun zaman telah bergerak, informasi dan data dapat dengan mudah dicari tanpa perlu repot lagi ke tukang kliping.
Lantas bagaimana lika-liku penjual kliping di zaman serba digital ini? Disarikan dari Detik, berikut ini kisah perjuangan hidup Haryoso, penjual kliping asal Solo.
Jualan Kliping di Solo Sejak 35 Tahun Lalu
Haryoso yang merupakan warga Jalan Parangkusumo, Sondakan, Kecamatan Laweyan, Solo, sudah mulai berjualan kliping bersama istrinya sejak 35 tahun lalu,atau sekitar tahun 1980-an.
Namun kini istri Haryoso telah meninggal, akan tetapi dirinya masih tetap meneruskan usahanya tersebut. Dirinya masih menekuni menjadi tukang kliping, lantaran masih menguntungkan, meskipun tidak sebesar zaman dulu.
Omzet Rp4 Juta Sebulan
Jualan kliping bukan berarti tidak membutuhkan modal. Setiap minggunya Haryoso akan mendatangkan koran bekas seberat 1 kuital. Koran-koran tersebut didapat dari kenalannya, dan berasal dari hotel atau kantor-kantor.
Koran-koran bekas ditebus Haryoso dengan harga Rp700 ribu, yang kemudian dapat menghasilan berbundel-bundel kliping yang diharga Rp50—80 ribu untuk tiap bundelnya. Paling sedikit omzet jualan kliping Haryoso dalam sebulan adalah Rp4 juta.
Namun dari Rp4 juta yang didapatkan Haryoso, belumlah dipotong modal lainnya. “Koran 1 kuintal itu Rp 700 ribu. Ditambah untuk membeli kertas-kertas buat kliping. Kalau penghasil bersih ya ada Rp 2 juta sebulan,” ujar Haryoso.
Internet Membuat Penghasilan Berkurang
Meskipun internet dan digitalisasi memainkan peran sentral di masa sekarang, Haryoso masih menekui usahanya. Namun adanya internet memang berpengaruh langsung pada usahanya.
Menurut Haryoso, kliping ramai dicari orang-orang pada tahun 1984 sampai 2002. Ketika itu, Haryoso bahkan mengakui jika penghasilan yang dapat dihasilkannya mencapai lima kali lipat dari UMR Solo.
Berbekal ketrampilannya menyusun kliping, Haryoso yang memiliki lima anak mampu membiayai sekolah mereka, bahkan sampai bangku kuliah. Tiga dari anak Haryoso lulus sarjana, dan sisanya D3. Kini anak-anak Haryoso menyebar beberapa daerah di Indonesia, bahkan dua di antaranya tinggal di Korea dan Malaysia.
Sebelum istrinya meninggal, Haryoso juga sempat menunaikan ibadah haji dari uang hasil kliping. Tidak banyak orang yang jualan kliping di Solo saat ini. Jika Anda menemuinya, mungkin itu adalah Haryoso.