Pemerintah baru saja memberikan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh melalui Keputusan Presiden Nomor 120 TK 2019 yang ditandatangani pada 7 November 2019.
Penganugrahan gelar pahlawan nasional diberikan oleh Presiden Joko Widodo alias Jokowi di Istana Negara pada Jum’at (8/11/2019).
Salah satu dari enam tokoh yang dianugrahi gelar tersebut adalah KH. Abdul Kahar Muzakkir.
Sebenarnya pengajuan gelar pahlawan untuk Prof KH Abdul Kahar Muzakkir sudah dilakukan sejak lama. Namun baru terwujud pada penganugrahan pahlawan nasional 2019. Ia dianggap berkontribusi besar terhadap bangsa dan negara.
Kiprah Kahar Muzakkir sebagai Pahlawan
Melansir Republika, Prof KH Abdul Kahar Muzakkir merupakan salah satu dari pemikir muda dari salah satu organisasi islam terbesar di Indonesia yakni Muhammadiyah. Ia dilahirkan di Yogyakarta pada tahun 1908.
Ia terlahir dalam lingkungan Islam yang cukup kental, ayahnya, Kiai Muzakkir adalah seorang guru agama Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Sang ayah juga memiliki hubungan dekat dengan pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan.
Kahar Muzakkir memiliki peranan besar dalam kemerdekaan bangsa Indonesia. Namanya pernah tercatat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
Tidak hanya itu, ia juga masuk dalam panitia Sembilan perumusan pembukaan UUD 1945 serta merupakan salah satu tokoh yang ikut menandatangani Piagam Jakarta 22 Juni 1945.
Ia merupakan salah satu pendiri sekaligus rektor pertama Universtas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta.
Sebagai seorang intelektual muslim dan pejuan nasional yang merupakan lulusan Universitas Al-Azhar yang berbasis di Kairo, Mesir, Kahar Muzakkir memelopori dukungan dari sejumlah negara Islam khususnya di Timur Tengah, sehingga kontribusinya untuk pengakuan kemerdekaan Indonesia sangatlah besar.
KH Abdul Kahar Muzakkir pernah terdaftar sebagai anggota di Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari tahun 1942-1962. Sebagai seorang intelektual, ia memprakarsai berdirinya Akademi Tablig Muhammadiyah, yang merupakan embrio dari Fakultas Agama Islam Universias Muhammadiyah Yogyakarta.
Pada Muktamar Muhammadiyah ke-35 tahun 1962 di Jakarta, KH Abdul Kahar Muzakkir menyampaikan gagasan tentang pentingnya perguruan tinggi bagi kaum perempuan.
Idenya itu kemudian terealisasi dengan didirikannya Stikes Aisyiyah yang kini berubah menjadi Universitas Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta.
Adapun lima tokoh lain yang juga mendapatkan gelar pahlawan nasional adalah Alexander Andries (AA) Maramis, KH Masykur. dua tokoh ini juga masuk sebagai anggota BPUPKI bersama dengan KH Abdul Kahar Muzakkir
Selain itu, ada dr Sardjito, (seorang tokoh yang berjasa di bidang kesehatan, pendidikan kedokteran sekaligus Rektor UGM), Rohanna Kudus (tokoh di bidang pendidikan dan jurnalis perempuan dari Sumatera Barat) serta Sultan Himayatudin Muhammad Saidi (sultan dari Sulawesi Tenggara yang berjasa melawan Belanda).