Djawanews.com - Semua manusia memiliki hak yang sama untuk hidup. Tapi dengan tekanan yang luar biasa terhadap kondisi rumah sakit sekarang, para dokter --dengan berat hati-- harus memilih mana pasien yang bisa mereka selamatkan.
Media Singapura, The Strait Times, Rabu 7 Juli, mempublikasikan wawancara mereka dengan seorang dokter dari sebuah rumah sakit di Jakarta Timur. Dokter itu bercerita tentang rumah sakit yang terancam kolaps. Kekurangan tempat tidur, minim pasokan oksigen dan ventilator.
"Dalam 11 tahun karir saya sebagai dokter, saya tidak pernah mengalami situasi seperti ini. Sangat sulit untuk menemukan rumah sakit sekarang. Kami seringkali harus memutuskan pasien mana yang memiliki peluang lebih baik untuk bertahan hidup. Kita harus memilih pasien mana yang memiliki peluang lebih besar untuk hidup," papar dr Nur Chandra Bunawan.
"Kenapa harus begini, kenapa harus memilih? Ini keputusan yang sulit. Semua kehidupan sama. Tapi karena oksigen dan ruang terbatas, kita harus memilih," tambah dokter spesialis penyakit dalam ini.
Pasien Covid-19 yang datang ke rumah sakit, bak air bah. Sedihnya lagi, tidak sedikit rekan dr Chandra yang kembali tertular penyakit itu lagi.
Dr Galuh Chandra Kirana Sugianto, yang bekerja di dua rumah sakit swasta di Jakarta, menilai situasi saat ini sudah di luar logika. Secara terus terang, dr Galuh mengaku 'tidak berdaya' ketika berhadapan dengan pasien yang sakit parah di tengah keterbatasan peralatan, terutama ventilator.
"Yang muda akan diprioritaskan. Mereka akan ditanya apakah sudah menikah atau masih lajang. Kami akan memilih yang pencari nafkah, masih muda, tidak memiliki penyakit penyerta dan memiliki peluang lebih besar untuk sembuh," kata pria 35 tahun itu.
"Kami benar-benar berada pada titik di mana kami harus memilih siapa yang harus diselamatkan."