Djawanews.com – Masyarakat belakangan dihebohkan oleh rencana pemerintah untuk menaikkan harga tiket naik Candi Borobudur menjadi Rp750.000. Karena menuai banyak kritik pemerintah akhirnya memutuskan untuk menunda rencana kenaikan tersebut.
Rupanya seorang biksu terusik oleh tindakan pemerintah mengutak-atik harga tiket tersebut dan merasa terpanggil untuk menyuarakan pendapatnya.
Adalah Bhante Pannyavaro, seorang pemuka agama Budha yang menyuarakan keresahan mengenai tarif pada Candi Borobudur.
Bhante Pannyavaro mengawali dengan menguraikan sejarah, bagaimana awal mula Candi Borobudur dibangun oleh para raja saat itu.
"Wong Borobudur itu didirikan dulu itu juga bukan untuk tempat wisata, Raja-raja Syailendra dan rakyatnya gotong royong dengan penuh bhakti, dengan iman yang kuat! Borobudur didirkan selesai dua generasi," ucap Bhante Pannyavaro, dikutip dari akun Instagram @rumpi_gosip pada Jumat, 10 Juni.
Dia menegaskan bahwa Candi Borobudur didirkan dengan iman dan bukan tujuan wisata.
Seakan menyindir pemerintah yang kisruh utak atik mengenai tarif masuk Candi Borobudur yang menuai pro dan kontra.
"Itu mendirikan, bukan untuk tempat rekreasi, tempat wisata, bukan. Dan para Raja Syailendra itu nenek moyang kita sendiri, bukannya orang asing," ucapnya dengan tegas.
"Uniknya Borobudur itu, langgam ukirnya tidak sama pak dengan di India, mboten sami pak,bu, itu kepentingan ibadah, bukan kepentingan pariwisata dan rekreasi," tuturnya.
Bahkan dengan tegas dia seakan menantang jika memang bisa dijual, maka jual dengan harga setinggi-tingginya untuk Candi Borobudur.
"Nek biso, Borobudur dijual semahal-mahalnya! Tapi kan mikir mbok yo o, nilai keagamaannya itu ada," ungkapnya.
Penjelasan Bhante Pannyavaro ini seakan menampar muka pemerintah yang saat ini sedang sibuk mengutak-atik tarif masuk Candi Borobudur.
Pernyataan Bhante Pannyavaro mendapatkan respons yang positif dari netizen di media sosial.