Tidak hanya disorot media dalam negeri, beberapa media asing juga menyoroti kerusuhan di Papua beberapa waktu lalu.
Kerusuhan kembali pecah di Jayapuran dan Manokwari pada hari Senin (19/08/2019) pagi. Kerusuhan disebabkan karena adanya protes terkait dugaan persekusi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di sejumlah daerah seperti Malang, Surabaya, dan Semarang. Tidak hanya media nasional, media internasional ternyata ikut meliput kerusuhan di Papua tersebut.
Sejumlah media dari beberapa negara ikut memberitakan kerusuhan di Papua
Salah satu media besar yang ikut menyoroti kerusuhan adalah New York Times, surat kabar Amerika Serikat. NYT menyoroti warga Papua yang membakar ban hingga gedung parlemen daerah di Manokwari sebagai respons atas ditangkapnya puluhan masiswa di Surabaya.
NYT mengangkat berita dengan judul Indonesia Protesters Torch Town Hall in Papua Over Student Detentions. Tidak hanya NYT, salah satu media yang berasal dari Inggris, The Guardian, juga ikut memberitakan kerusuhan tersebut.
Berbeda dengan NYT, The Guardian memberitakan aksi penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya, dan polisi disebut meneriaki para pelajar dari Papua dengan teriakan “monyet-monyet”.
“Kepolisian menembakkan gas air mata ke dalam asrama mahasiswa sebelum menahan 423 pelajar Papua, di mana aparat kepolisian memanggil para siswa itu ‘monyet-monyet’ selama operasi berlangsung,” dikutip dari laporan The Guardian dengan judul Protesters Set Fire to Parliament Building in West Papua as Tensions Mount.
Tidak hanya Amerika Serikat dan Inggris, media yang berasal dari Qatar juga ikut memberitakan kerusuhan. Kantor berita Al Jazeera menerbitkan berita dengan judul Fiery Protest Erupt in Indonesia’s West Papua Region.
Dalam beritanya, Al Jazeera melaporkan banyaknya demonstran yang berasal dari kalangan pelajar yang turun ke jalan sambil membawa bendera bintang kejora. Seperti yang diketahui, simbol bintang kejora merupakan simbol separatisme Papua selama ini.
Sejak Senin pagi situasi dan kondisi di Manokwari memang mencekam. Tidak hanya membakar ban, para pedemo juga membakar Kantor DPRD Papua Barat. Bahkan masa juga membakar beberapa kendaraan yang membuat lalu lintas sempat lumpuh.
Akibat dari kerusuhan tersebut, sejumlah toko dan sekolah terpaksa harus tutup demi keamanan. Bahkan beberapa warga pendatang yang tinggal di Manokwari dan Jayapura juga tak berani keluar rumah untuk beraktivitas. Warga pendatang khawatir masa akan melampiaskan kemarahannya kepada warga pendatang yang ada di Jayapura.
Aksi demonstrasi yang terjadi di Jayapura memang bukan tanpa sebab. Aksi tersebut sebagai salah satu respon adanya pengepungan Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya. Pengepungan tersebut dilakukan oleh sekelompok anggota ormas pada hari Jumat (16/8) malam. Pengepungan Asrama dilakukan karena adanya dugaan bendera merah putih yang rusak dan dibuang di depan asrama.
Foto bendera merah putih yang rusak dan dibuang menyulut kemarahan masyarakat dan sejumlah Ormas. Atas hal tersebut pengepungan lalu dilakukan. Merespon adanya pengepungan tersebut, aksi demonstrasi kemudian terjadi hingga terjadilah kerusuhan di Papua.