Djawanews.com – Elite Partai Gelora, Fahri Hamzah dan eks penyidik KPK Novel Baswedan memperlihatkan kedewasaan dalam berpoliitik. Memiliki pendapat yang berbeda tidak menghalangi keduanya untuk tetap menjaga keakraban.
Hal ini ditunjukkan Novel dalam cuitannya. Ternyata, Fahri diundang dalam podcast pria yang pernah disiram air keras yang mengakibatkan matanya rusak ini.
Fahri berterima kasih karena Novel sudah mau mengajaknya bercakap-cakap secara hangat membahas persoalan terkini. Tak lupa, Fahri menyapa Novel dengan sebutan 'Bang'.
"Terima kasih bang Novel, untuk makan malam dan percakapannya," tulis Fahri di akun Twitter-nya.
Menyambut itu, Novel juga berterima kasih. "Terima kasih bang @Fahrihamzah atas kehadiran dan bincang-bincang seru di Podcast NovelBaswedanOfficial. Terima kasih juga kepada Uda @charlessimabura yang telah menjadi moderator dalam bincang-bincang ini."
Sebelumnya Novel menegur tingkah Fahri secara blak-blakan. Kata Novel, Fahri kerap memuji KPK di tangan Firli Bahuri. Jauh sebelum itu, Fahri menjadi sosok yang ingin menumbangkan komisi anti rasuah tersebut.
"Menarik yg disampaikan @febridiansyah di bawah ini. Mmg @Fahrihamzah ini luar biasa, ketika KPK kerja benar diserang dan fitnah. Ketika KPK sdh lemah & bermasalah spt skrg dipuji, dikatakan bekerja bagus,” tulis Novel, Jumat 15 Juli.
Novel langsung curiga, siapa yang dibela oleh eks politisi Partai Gelora itu, karena dia sudah berubah sikap dalam hal mengomentari kinerja KPK. "Sebenarnya @Fahrihamzah ini sdg membela siapa ya?" kata Novel.
Sejauh ini Fahri memang kerap memuji operasi tangkap tangan KPK beberapa tahun belakangan di era Firli. Adapun mantan jubir KPK Febri Diansyah sebelum direspons Novel, mengaku tak bisa membayangkan bagaimana nasib KPK bila Fahri berkuasa.
"Membaca twit @Fahrihamzah, mengingat sikap & kontribusinya bikin @KPK_RI jd seperti sekarang, tidak terbayangkan gmna nanti jika @Fahrihamzah dengan partainya yg baru memegang kekuasaan. Ini tntu bukan soal personal. Tp ttg kekuasaan yg dapat mematikan pemberantasan korupsi,” cuit Febri.
Ucapan Febri sendiri merespons cuitan Fahri soal konsistensi pembelaannya terhadap demokrasi. ”Sampai kapanpun saya akan berusaha secara konsisten membela perbaikan sistem karena itulah warisan terbaik kita dlm bernegara. Demokrasi kita adalah warisan termahal, ia harus diselamatkan dgn segala cara. Jadi sy tidak bela @KPK_RI sampai ia komit bangun sistem. Itu bedanya!” kata Fahri.
Menurut Fahri, KPK dulu dihuni para jenggo yang berpolitik di level massa dan opini publik, sambil pamer bahwa mereka adalah satu-satunya alat pemberantas korupsi. Fahri melihat terjadi kerusakan sistem dari efek itu semua.