Dilansir dari blog.netray.id: Dalam beberapa tahun terakhir, tidak sedikit musisi yang akhirnya memilih terjun ke dunia politik setelah memetik kesuksesannya di blantika musik Indonesia. Ada yang berjalan mulus, ada pula yang harus mendapat pil pahit kegagalan di langkah pertama maju ke gerbang legislatif. Anang Hermansyah, Pasha ‘Ungu’, hingga Krisdayanti termasuk di antara musisi yang melenggang mulus menduduki kursi legislatif di pencalonan pertamanya. Sementara Giring Ganesha, mantan vokalis Nidji harus menahan diri untuk menuntaskan ambisinya karena pada 2019 lalu ia gagal maju ke Senayan lantaran partai yang mengusungnya, PSI tidak cukup suara untuk menembus parliamentary threshold.
Meski gagal maju ke legislatif, Giring tetap kukuh mengabdikan diri di politik. Bahkan kini ia diberi mandat untuk menjadi Plt Ketum PSI oleh Grace Natalie yang pada 2020 lalu memutuskan fokus menempuh S2 di Singapura. Namun, selama menjadi Ketum, tak sedikit sikap dan pernyataan Giring mengejutkan publik. Seperti kala ia mendeklarasikan diri hendak maju Pilpres 2024 atau yang baru-baru ini; melempar pernyataan ke publik bahwa Anies Baswedan adalah seorang pembohong. Apa maksudnya? Mengapa Giring begitu gamblang menyerang Anies? Demikian pertanyaan yang menyelimuti benak publik kala itu.
Jika kita mengingat kiprah PSI sebagai partai yang mewakili anak muda dan kerap memicu kontroversi sejak awal kemunculannya, mungkin apa yang dilakukan Giring bukanlah hal yang aneh. Atau mungkin memang hendak mengobarkan citra PSI yang semacam itu? Akan tetapi, mengingat Giring, seorang mantan vokalis band Nidji yang baru banting setir ke dunia politik pada 2017 lalu, pernyataannya tersebut terasa janggal dan tampak berani.
Untuk menjawab pertanyaan di atas, media monitoring Netray mencoba menelusuri jejak pemberitaan terkait Giring Ganesha di media pemberitaan dan melihat bagaimana media memberitakan sosoknya sejak setahun terakhir. Apa saja topik menarik yang memicu naiknya pemberitaan terhadap Giring? Bagaimana sentimen yang membingkai entitas Giring Ganesha? Siapa saja tokoh atau partai yang kerap muncul bersamaan dengan pemberitaan Giring? Simak analisisnya berikut ini.
Giring Ganesha dalam Pantauan Media Daring
Artikel terkait topik Giring sejak Januari hingga saat ini berjumlah 968 dari 98 portal media yang terjaring Netray. Jumlah ini terhitung sedikit untuk pemberitaan seorang politisi apalagi menyandang jabatan Ketum. Belum lagi, Giring digadang-gadang sebagai bakal Capres 2024 yang akan diusung PSI. Sementara jika melihat kategori pemberitaan, Entertainment masih berada di urutan Top 3 selain Politik dan Pemerintahan. Artinya, 13% pemberitaan media masih mencatut Giring dalam kaitannya dengan dunia yang membesarkan namanya dahulu. Dari pantauan Netray, Giring masih sempat merilis single terbaru pada tahun ini, baik berkolaborasi dengan sang istri maupung dengan Dul Jaelani. Lalu, sebesar 40% pemberitaan Giring di ranah Politik dan Pemerintahan yang saling bersinggungan ini, apa yang terekam media? Jika dirangkum dalam Word Cloud, seperti berikut gambaran kosakata dalam pemberitaan Giring sejak Januari 2021.
Pemberitaan Giring Ganesha sejak setahun terakhir memang terlibat banyak disandingkan dengan entitas Anies Baswedan. Hal inilah yang menyumbang topik Politik dan Pemerintahan untuk Giring. Selain itu survei elektabilitas juga menghiasi pemberitaan untuk topik Giring selama periode terkait. Hal ini mengingat Giring telah diajukan sebagai capres andalan PSI yang tentu saja survei semacam ini perlu untuk ia dan partainya. Tak heran apabila nama sejumlah kandidat lain seperti Prabowo, Ganjar, Puan, hingga Ridwan Kamil masuk dalam sekumpulan artikel survei elektabilitas terkait Giring. Selengkapnya berikut hasil pantauan Netray yang lebih detail dan mendalam berdasarkan masing-masing topik yang berperan penting dalam pemberitaan Giring.
Interpelasi Anies Baswedan atas Banjir Ibukota
Pemberitaan untuk topik Giring cukup masif pada bulan Februari. Dari pemantauan, Giring nampak aktif mengkritisi Gubernur Jakarta Anies Baswedan terkait masalah banjir. Giring mengatakan bahwa Anies tidak pernah serius mengatasi banjir Jakarta dan lebih memilih menyalahkan pihak lain, t idak punya rencana dan cara yang jelas untuk mengatasinya, terbukti tidak punya kapabilitas mengelola Jakarta. Alih-alih menjatahkan untuk pencegahan banjir, Giring menyesalkan alokasi anggaran untuk hal-hal yang jauh dari kebutuhan mendesak warga.
Terkait hal ini, Fraksi PSI menggulirkan interpelasi untuk meminta jawaban Gubernur Anies Baswedan atas banjir besar yang menerjang Ibu Kota kala itu. Wakil Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta, Justin Untayana bahkan menuding Anies tidak menjalankan amanah penanggulangan banjir, bahkan diduga dengan sengaja menghambat kerja di dinas-dinas Pemprov DKI untuk mencegah banjir.
Dengan tegas Justin menyampaikan bahwa interpelasi tersebut diambil sebagai jalan konstitusional terakhir. Ini adalah tanggung jawab moral dan politik PSI terhadap warga Jakarta, khususnya yang dirugikan oleh banjir akibat kegagalan dan ketidakseriusan Gubernur Anies mengelola penanggulangan banjir. Ia juga menuduh Anies tidak punya perencanaan yang jelas mengenai penangan banjir di Jakarta yang ia buktikan dengan nihilnya kemajuan atas normalisasi maupun naturalisasi. Sayangnya, interpelasi yang diajukan PSI justru dinilai naif dan banyak mendapat kritikan dari parpol lain.
Survei Elektabilitas
Selain soal kritik, pemberitaan untuk topik Giring paling banyak disumbang oleh survei elektabilitas. Hal ini mengingat Giring merupakan kandidat capres 2024 yang diajukan oleh PSI. Maka beragam survei baik terkait elektabilitas Giring maupun PSI menjadi penting bagi Giring. Berikut beberapa di antaranya.
Pada survei Voxpopuli Januari, elektabilitas Giring mencapai 2,4% naik 0,1% dari hasil survei Oktober. Jumlah ini menempatkan Giring pada urutan ke-9 di antara nama kandidat lain. Sementara hasil survei New Indonesia memberikan 2,1% dan menempatkan Giring di posisi 9. Indobarometer memberi skor 2,6% . Survei IndEX Research dan Y-Publica di angka 2,1%. Survei Center for Political Communication Studies (CPCS) di angka 2,5%. Survei Polmatrix Indonesia di angka 2,4%.
Jika diambil kesimpulan, rata-rata elektabilitas Giring berada di angka 2.3% atau termasuk 10 besar dalam survei kandidat capres yang dilakukan oleh sejumlah lembaga survey sejak Januari 2021 hingga saat ini. Sementara rivalnya, Anies Baswedan hampir selalu aman di kursi 5 besar kandidat capres dari survei yang sama. Dengan demikian, jika melihat persentase elektabilitas kedua kandidat, Giring masih jauh di belakang Anies.
Interpelasi Anies Terkait Penyelenggaraan Formula E
Tak hanya masalah banjir, PSI juga mengajukan interpelasi kepada Anies soal pelaksanaan Formula E 2022 di Jakarta. Kali ini PSI tidak sendiri. Bersama PDIP, PSI meminta klarifikasi Anies terkait rencananya menggelar Formula E pada Juni 2022 dan menjadikan ajang balap mobil listrik bertaraf internasional itu sebagai program prioritasnya di masa pandemi Covid-19.
Pada Senin 6 September 2021 terjadi demo interpelasi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di depan kompleks Balai Kota DKI Jakarta. Demo berlangsung ricuh dan awalnya akan dibubarkan aparat kepolisian dengan alasan pandemi Covid-19. Dalam aksi tersebut, massa menuntut DPRD DKI Jakarta segera menggelar interpelasi. Dari kabar terbaru, rapat paripurna itu akan diselenggarakan oleh Badan Musyawarah DPRD DKI Jakarta dan akan digelar hari ini Selasa, 28 September 2021.
Pernyataan Kontroversi ‘Anies Pembohong’
Seminggu yang lalu, tepatnya pada pertengahan September, pemberitaan untuk topik Giring melonjak drastis dengan sentimen negatif yang mendominasi. Hal ini terkait buntut pernyataan Giring yang menyebut Anies Baswedan sebagai pembohong. Ia membeberkan sejumlah alasan untuk menguatkan argumennya, yaitu catatan kinerja Gubernur DKI Jakarta dalam menangani pandemi dan penyelenggaraan Formula E. Oleh karenanya, Giring menegaskan kepada publik untuk mengingat rekam jejak ini pada 2024 nanti (Pilpres). Ia juga menegaskan bahwa Indonesia jangan sampai jatuh ke tangan Anies Baswedan.
Sayangnya, sikap kritis Giring terhadap kinerja Anies Baswedan justru kembali mendapat serangan balik dari sejumlah tokoh dan petinggi partai politik. Dari 358 artikel terkait sub topik ini selama periode 20-27 September 2021, 269 di antaranya bermuatan sentimen negatif. Artinya, 75% pemberitaan di media massa membingkai subtopik ini dengan sudut pandang kontra terhadap Giring. Sementara sisanya netral dan positif. Pemberitaan yang sejalan dengan Giring tentu saja paling banyak disumbang dari sudut pandang partainya, PSI atau dalam beberapa artikel media menyorot prestasi Giring dalam bermusik.
Ada beragam spekulasi yang muncul dalam menanggapi pernyataan Giring, mulai dari tuduhan bahwa Giring hendak mematikan lawan politiknya hingga asumsi bahwa Giring sedang memoles citra PSI agar tetap menyala hingga 2024 nanti.
Perseteruan Giring-Anies di Twitter; Menang Siapa?
Hal yang sama juga Netray temukan di pembahasan topik Giring pada kanal Twitter selama periode terkait seperti berikut. Dari total 42 ribu tweet sejak periode terkait, 31 ribu di antaranya bermuatan tweet negatif. Perbincangan topik ini meraih 33 ribu impresi dari total 15 ribu akun Twitter yang turut bersuara. Artinya, topik ini menyedot perhatian publik hingga masyarakat Twitter.
Sejalan dengan apa yang terlihat di media massa, perbincangan topik ini di Twitter juga banyak diisi oleh tanggapan kontra terhadap Giring, baik yang berbicara merupakan pendukung Anies ataupun bukan kedua duanya. Netray melihat bahwa netizen Twitter cenderung menyerang Giring di sini, mulai dari menuduh Giring stres, fitnah (tuduhan palsu), ngibul, goblok, hingga merusak stabilitas.
Banyak warganet yang akhirnya mengungkit kembali kegagalan Giring Ganesha ketika nyaleg pada 2019 lalu. Kabar bahwa Giring sempat mengalami penurunan kesehatan mental kala itu kembali diperbincangkan sehingga sejumlah netizen menganggap apa yang dibicarakan Giring merupakan dampak dari masalah mental yang dideritanya sehingga tidak perlu didengar dan dipermasalahkan. Sementara itu ada pula warganet yang justru kasihan kepada Giring karena dinilai menjadi kambing hitam PSI. Impresi lain yang beredar adalah netizen menilai apa yang dilakukan Giring justru akan memmpersulit langkahnya dan PSI dalam mensukseskan Piplres 2024 nanti.
Netray pun mencoba mengamati deretan Top Account atau akun yang paling berpengaruh dalam perkembangan isu ini. Hasilnya, sebagaian besar merupakan pendukung Anies Baswedan. Dan seperti kita ketahui akun pro Anies sebagian besar merupakan akun yang juga kontra terhadap pemerintahan Joko Widodo. Maka tak heran apabila dalam perbincangan topik ini nama Joko Widodo turut terseret.
Warganet mengatakan bahwa pemimpin yang seharusnya disebut sebagai pembohong adalah Joko Widodo, bukan Anies Baswedan. Dari sinilah perbincangan topik ini di Twitter akhirnya meluas.
Dari pantauan ini dapat disimpulkan bahwa pernyataan kontroversial Giring soal ‘Anies pembohong’ bukanlah hal yang tiba-tiba atau terjadi begitu saja. Entitas Giring dengan Anies terlihat sangat dekat ketimbang entitas kandidat capres lainnya selama periode setahun terakhir. Untuk alasan kenapa Giring menyerang Anies, Netray melihat adanya latar belakang yang mendorong seperti bagaimana Giring begitu concern menyoroti kinerja Gubernur DKI tersebut.
Di tahun ini ia terpantau mengajukan dua interpelasi terhadap Anies, yaitu terkait masalah banjir pada Februari dan penyelenggaraan Formula E pada Agustus. Namun, keduanya belum mendapat jawaban dari sang gubernur hingga ia mengungkap masalah Formula E ini dan mengecap Anies pembohong pada September lalu. Sementara asumsi yang beredar soal pansos PSI atau menaikkan citra sendiri menuju Pilpres 2024 barangkali berangkat dari hasil survei Giring yang masih jauh di belakang Anies.
Demikian analisis Netray, simak analisis lainnya di blog.netray.id.