Djawanews.com – Dunia virtual metaverse yang menjadi dambaan kebanyakan orang kini mendapatkan kabar miring yang membuktikan bahwa ada resiko bahaya di dalamnya. Pasalnya, seorang peneliti bernama Nina Jane Patel mengaku telah mengalami pemerkosaan dan pencabulan di metaverse Facebook, Horizon Venues.
Patel merupakan seorang psikoterapis sekaligus co-founder Kabuni Ventures. Pada akhir tahun lalu, ia mendapat kesempatan untuk menjajal metaverse bikinan Facebook. Di situlah dia menjadi korban pelecehan seksual. Patel menyebut ada sekelompok avatar laki-laki yang menyentuh avatarnya. Para pelaku juga mengambil foto avatar Patel tanpa izin dan mengutarakan omongan kasar.
“Dalam 60 detik setelah bergabung — saya dilecehkan secara verbal dan seksual — 3–4 avatar laki-laki, dengan suara laki-laki, pada dasarnya, secara virtual melakukan gang raped avatar saya dan mengambil foto,” jelas Jane Patel dalam tulisannya di Medium.
“Ketika saya mencoba melarikan diri mereka berteriak — “jangan berpura-pura kamu tidak menyukainya” dan “pergilah menggosokkan dirimu ke foto.”
“Itu surreal. Itu adalah mimpi buruk. - Nina Jane Patel, psikoterapis sekaligus co-founder Kabuni Ventures yang jadi korban pelecehan seksual di metaverse –“
Korban Pemerkosaan di Dunia Virtual Metaverse Adalah Seorang Ibu 43 Tahun
Ibu berusia 43 tahun itu mengatakan bahwa pelecehan yang menimpanya terjadi begitu cepat. Ia tidak sempat berpikir untuk memblokir dan melaporkan orang-orang yang melecehkannya. Patel merasa “membeku” saat pelecehan tersebut terjadi.
Patel pun menceritakan kejadian itu dalam sebuah posting. Namun, banyak orang yang justru menyalahkannya karena memakai avatar perempuan serta menganggap bahwa pemerkosaan di dunia virtual tidak nyata. Di sisi lain, Patel merasa bahwa pelecehan yang ia dapatkan di dunia virtual metaverse Facebook terasa sangat mirip seperti pelecehan dan pencabulan di dunia nyata.
“Realitas virtual pada dasarnya telah dirancang sehingga pikiran dan tubuh tidak dapat membedakan pengalaman virtual/digital dari yang nyata,” kata Patel. “Dalam beberapa kapasitas, respons fisiologis dan psikologis saya seolah-olah itu terjadi dalam kenyataan.”
Menanggapi insiden tersebut, seorang juru bicara Meta mengatakan mereka menyesal mendengar apa yang terjadi. Juru bicara itu mengatakan bahwa mereka ingin semua orang di Horizon Venues memiliki “pengalaman positif”.
“Horizon Venues harus aman, dan kami berkomitmen untuk membangunnya seperti itu. Kami akan terus melakukan peningkatan saat kami mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana orang berinteraksi di ruang ini, terutama dalam hal membantu orang melaporkan sesuatu dengan mudah dan andal,” kata juru bicara Meta, dikutip dari The Independent.
Ini bukan pertama kalinya pengguna metaverse Horizon Venues mengalami pelecehan seksual. Pada awal Desember 2021, penguji beta untuk Horizon Venues memposting di grup resmi di Facebook tentang bagaimana avatarnya diraba-raba oleh orang asing.
“Pelecehan seksual bukanlah lelucon biasa di internet, tetapi berada di VR menambah lapisan lain yang membuat kejadiannya lebih intens,” tulis perempuan tersebut, menurut laporan The Verge. “Bukan hanya saya yang diraba-raba tadi malam, tapi ada orang lain di sana yang mendukung perilaku ini, yang membuat saya merasa terisolasi di alun-alun.”
Setelah penyelidikan awal oleh Meta, VP of Horizon, Vivek Sharma mengungkapkan bahwa pengguna tersebut tidak menggunakan fitur keamanan yang menghalangi seseorang untuk berinteraksi dengan avatar mereka. Jadi itulah alasan utama kenapa bisa terjadi kasus pemerkosaan di dunia virtual metaverse.
Dapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.