Djawanews.com - Ketua Aliansi Nelayan Kabupaten Natuna, Herman, menyebutkan bahwa puluhan kapal ikan asing (KIA) makin berani menjarah hasil laut Pulau Natuna. Kapal yang dimaksud berasal dari Thailand dan Vietnam.
Sejumlah nelayan yang menggunakan KIA datang dari kedua negara tersebut jauh-jauh datang ke perairan Provinsi Kepulauan Riau. Bahkan seolah-olah dibiarkan begitu saja.
"Seolah-olah dibiarkan saja. Hampir tiap hari ada terus KIA di laut Natuna," kata Herman.
Herman mengatakan, KIA tersebut sudah hampir mengelilingi Laut Natuna. Rata-rata mereka berlayar di sebelah timur dan utara Pulau Natuna.
"Intinya masih masuk wilayah tangkap kita," ungkap Herman.
Menurutnya keberadaan KIA tersebut sangatlah merugikan tangkapan nelayan Natuna. Penangkapan yang mereka lakukan juga dapat merusak biota laut imbas penggunaan pukat harimau.
Selain itu, kapal-kapal asing itu berkapasitas 50 sampai 100 GT. Sedangkan kapal nelayan lokal hanya berkapasitas 20 sampai 30 GT.
"Ini juga menyangkut marwah NKRI. Masa kapal asing bebas berkeliaran di laut kita tanpa izin," tuturnya.
Mengintimidasi Nelayan Lokal
Lebih jauh, nelayan Thailand maupun Vietnam juga sering mengintimidasi nelayan Natuna. Nelayan lokal kerap dikejar bahkan tidak jarang nyaris ditabrak. Ini karena nelayan asing itu merasa terganggu dengan aktivitas nelayan setempat. Mereka bahkan menjaring ikan dengan menyebar pukat harimau.
"Takut menghalangi mereka mau sebar pukat harimau," ungkap Herman.
Herman mengaku sudah berulang kali melaporkan kejadian ini kepada Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, hingga berbagai stakeholder terkait. Namun, ia tidak mengetahui apakah laporannya ini ditindaklanjuti atau tidak.
Herman tidak menampik jika pengawasan oleh pihak berwajib di laut Natuna sudah maksimal. Namun pengawasan perlu ditingkatkan lagi agar nelayan asing tidak merajalela mengeruk kekayaan alam laut.
"Sebenarnya sudah jenuh melapor, nanti ada oknum tertentu yang marah," tegasnya.