Djawanews.com – Proses pencarian dan evakuasi korban tewas dan luka-luka akibat gempa bumi yang mengguncang Maroko terus dilakukan. Memasuki hari keempat pencarian, dilaporkan jumlah korban tewas bertambah menjadi 2.901 orang dan jumlah orang yang terluka meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi 5.530 orang.
Adapun bantuan belum sepenuhnya mencapai daerah-daerah terdampak. Masyarakat di pegunungan masih mengeluhkan bantuan yang belum mereka terima.
Televisi pemerintah melaporkan, gempa berkekuatan 6,8 skala Richter yang melanda Pegunungan High Atlas pada Jumat malam merupakan gempa paling mematikan di negara Afrika Utara sejak tahun 1960 dan paling dahsyat dalam lebih dari satu abad.
Tim penyelamat dari Spanyol, Inggris dan Qatar membantu tim pencari Maroko. Sementara Italia, Belgia, Prancis dan Jerman mengatakan tawaran bantuan mereka belum disetujui.
Situasi ini paling menyedihkan bagi masyarakat di daerah terpencil yang terdampak tanah longsor akibat gempa bumi yang menghalangi akses jalan. Sedangkan di lokasi yang mudah diakses, upaya bantuan ditingkatkan dengan mendirikan tenda-tenda dan distribusi makanan dan air.
Mehdi Ait Bouyali (24) salah satu korban selamat yang mengungsi dengan mendirikan tenda di tepi jalan Tizi n'Test, yang menghubungkan lembah-lembah terpencil ke kota bersejarah Marrakesh, bersama beberapa orang yang juga meninggalkan desa mereka yang hancur.
Dia mengatakan, mereka telah menerima makanan dan selimut dari orang-orang yang lewat, namun tidak menerima apa pun dari negara.
"Desa-desa di lembah tersebut telah dilupakan. Kami membutuhkan bantuan apa pun. Kami membutuhkan tenda," katanya, mengkritik upaya bantuan pemerintah, melansir Reuters 13 September.
Dalam penampilan televisi pertamanya sejak gempa terjadi, Raja Mohammed VI mengunjungi Marrakesh yang 72 km (45 mil) dari pusat gempa, untuk menemui orang-orang yang terluka di rumah sakit, di mana kantor berita negara mengatakan ia mendonorkan darahnya.
Dikatakan, harapan untuk menemukan korban selamat semakin memudar, salah satunya karena banyak rumah bata lumpur tradisional yang umum di High Atlas hancur menjadi puing-puing tanpa meninggalkan kantong udara.
Hingga saat ini, Maroko diketahui telah menerima tawaran bantuan dari Spanyol, Inggris, Uni Emirat Arab dan Qatar. Namun, mereka belum menerima tawaran bantuan dari Italia, Belgia, Perancis dan Jerman.
Jerman mengatakan pada Hari Senin bahwa mereka tidak menganggap keputusan tersebut bersifat politis, namun Menteri Luar Negeri Italia Antonio Taji mengatakan kepada stasiun radio Rtl pada Hari Selasa, Maroko telah memilih untuk menerima bantuan hanya dari negara-negara yang memiliki hubungan dekat dengannya.
Sedangkan Presiden Prancis Emmanuel Macron berbicara kepada masyarakat Maroko melalui pesan video pada hari yang sama, mengatakan Paris siap memberikan bantuan kemanusiaan langsung jika Raja Mohammed menerima tawaran Prancis.
"Saya ingin berbicara langsung kepada warga Maroko untuk memberi tahu Anda bahwa Prancis berduka akibat gempa bumi yang mengerikan ini Kami akan berada di sisimu," kata Presiden Macron.
Diketahui, Paris dan Rabat memiliki hubungan yang tegang dalam beberapa tahun terakhir, terutama terkait wilayah Sahara Barat yang disengketakan, di mana Maroko ingin Prancis akui sebagai wilayah mereka. Maroko juga belum memiliki utusan diplomatik di Paris sejak Januari.