Djawanews.com – Presiden Joko Widodo sampai saat ini masih terkesan tutup mulut terkait isu penundaan Pemilu 2024 yang ramai dibicarakan beberapa hari terakhir.
Belakangan, partai koalisi pemerintahan juga terbagi menjadi dua kubu, ada yang mendukung namun ada juga yang menolak.
Jokowi dianggap menjadi sosok kunci perdebatan atas isu tersebut, mengingat dia merupakan pemimpin negara.
Namun, sampai saat ini belum ada pernyataan resmi dan formal dari Jokowi ihwal isu tersebut.
Untuk diketahui bahwa jika Pemilu 2024 ditunda, maka masa jabatan Joko Widodo sebagai Presiden akan berlanjut dan inilah yang menjadi poros perdebatan.
Diamnya orang nomor satu di Indonesia tersebut akhirnya juga akan melahirkan berbagai tafsir.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Voxpoll Center Research yang juga pengamat politik nasional, Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, presiden tidak bisa begitu saja dengan diam. Pangi berharap, Jokowi segera ambil sikap.
"Kami berharap Presiden menentukan posisinya, jangan pura-pura diam, pura-pura tapi mau, kami tunggu statement Presiden," kata Pangi Syarwi Chaniago.
Deni Gunawan, Direktur Lembaga Studi Visi Nusantara juga mengatakan pentingnya orang nomor satu di Indonesia tersebut berbicara.
"Bahwa presiden memang tidak menginginkan untuk melanjutkan selama tiga periode atau perpanjangan tersebut. Dan apa yang disampaikan partai koalisi ke masyarakat itu bukan bagian dari gagasan atau ide dari presiden itu sendiri," ujar Deni Gunawan, mengutip suara.com.
Bahkan Pangi sangat menegaskan juga bahwa ini semua akan balik lagi ke Jokowi sendiri sebagai Presiden.
"Karena itu tadi semua kembali ke pangkal, mau diperpanjang, dua tiga periode, kalau presidennya kagak mau, semuanya rencana desain tersebut akan mengalami patahan yang sama," kata Pangi.
Berbicara dasar, menurut Pangi tidak ada alasan yang logis dan rasional untuk menunda pelaksanaan Pemilu 2024 .
Pangi justru khawatir ini akan membahayakan posisi Jokowi sendiri, karena ini dianggap permainan para elit yang seakan menjilat dan membuat Presiden senang.
"Politisi model begini jelas membahayakan presiden, pembisik yang sengaja mencoba menjebak presiden agar menjadi pemimpin otoritarian," tutup Pangi.