Kabar duka datang dari Yogyakarta, Seniman Musik Djaduk Ferianto meninggal dunia pada Rabu (13/11/2019) di usia 55 tahun.
Kabar wafatnya Djaduk diumumkan oleh sang kakak yang juga seorang seniman Butet Kertaradjasa melalui akun media sosial instagram miliknya @masbutet. Ia mengunggah gambar tulisan “Sumangga Gusti” yang dalam bahasa Indonesia berarti “Silakan Tuhan” dengan warna putih dan latar belakang hitam.
Kisah Djaduk Ferianto sebagai seorang seniman
Gregorius Djaduk Ferianto merupakan seorang aktor, sutradara dan juga musikus. Ayahnya, Bagong Kussudiardja dikenal sebagai pelukis dan koreografer. Sewaktu masih kecil, Djaduk pernah bermimpi untuk menjadi dalang.
Terlahir di keluarga seniman, membuat Djaduk terbiasa dengan alunan musik tradisional seperti keroncong. Meskipun begitu, ia juga tetap menerima jenis musik ‘asing’ seperti Jazz.
Melansir CNN Indonesia, Djaduk merupakan anggota dari grup musik Kua Etnika. Grup ini kerap mengaransemen lagu-lagu daerah dan dipadukan dengan Jazz. Seringkali mereka memberi sentuhan dengan instrumen yang tak terduga seperti mainan anak-anak atau alat-alat dapur.
Selain itu, namanya juga pernah tercatat sebagai pemimpin kelompok musik humor Orkes Sinten Remen. Di sini, Djaduk berhasil memainkan musik keroncong menjadi lebih epic serta terdengar progesif.
Kemampuan bermusik Djaduk tak bisa dianggap enteng. Pada 1997. Ia sudah meluncurkan karya-karya uniknya melalui kedua kelompok musiknya tersebut dengan tajuk ‘Orkes Sumpeng Nang Ning Nong’ (1997) dan ‘Ritus Swara’ (2000) bersama Kua Etnika.
Sedangkan beberapa karya yang dibuat Djaduk bersama dengan grup musik Sinten Remen adalah ‘Parodi Iklan’ (2000), ‘Komedi Putar’ (2002), ‘Janji Palsu’ (2003), dan ‘Maling Budiman’ (2006).
Di tahun 2006, ia pernah meluncurkan lagu religi dengan judul ‘Dia Sumber Gembiraku’.
Saat berada di usia senja, Djaduk memiliki tempat baru untuk mengekspresikan seninya bernama Ring of Fire. Di sini, ia sukses memadukan jazz dengan keroncong, kemudian menggandeng penampil lain dan membiarkan sisanya berjalan apa adanya, dilansir dari CNN Indonesia.
Selain terkenal di dunia seni musik, Djaduk juga populer di seni teater. Ia beberapakali pernah terlibat dalam pertunjukan teater sebagai seorang sutradara. Bahkan, nama Djaduk masuk dalam anggota Teater Gandrik.
Di sela-sela kesibukannya, Djaduk masih meluangkan waktu untuk mengerjakan ilustrasi musik untuk sinetron di televisi, atau ikut bermain di berbagai film layar lebar seperti ‘Petualangan Sherina’, ‘Koper’, ‘Jagad X Code’, dan ‘Cewek Saweran’.
Pada 16 November mendatang, Djaduk Ferianto dijadwalkan tampil di festival Ngayogjazz 2019, akan tetapi ia lebih dulu dipanggil untuk menghadap kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selamat Jalan Djaduk Ferianto.