Djawanews.com – Istri Ridwan Kamil, Atalia Praratya angkat bicara mengenai kasus Herry Wirawan perkosa pulahan santri. Dia membantah dikatakan sengaja menyembunyikan kasus yang sudah diketahui sejak Mei lalu itu.
Atalia mengaku tidak mengekspose kasus ini agar para korban Herry Wirawan bisa tenang hidupnya. Dia minta hukuman mati untuk Herry Wirawan, tak ada yang lain.
Meskipun tidak mengekspose kasus Herry Wirawan ke publik, Pemprov Jawa Barat aktif mendampingi para korban dari awal kasus sampai persidangan keenam, yang merupakan persidangan terakhir.
Atalia menegaskan pihaknya berusaha semaksimal mungkin melindungi dan memperjuangkan masa depan korban Herry Wirawan beserta buah hati mereka.
Di sisi lain, istri Ridwan Kamil ini meminta Herry Wirawan dihukum mati, jangan yang lainnya.
“Kalau bisa hukuman mati, itu harga mati buat kita,” ujarnya dalam wawancara dengan TV One, Selasa 14 Desember.
Perihal tuduhan menyembunyikan kasus, Atalia mengaku dirinya belum begitu khawatir saat kasus Herry Wirawan belum mencuat. Korban Herry mulai menerima nasib dan keadaan, sebagian korban yang tidak melahirkan masih mau bersekolah.
Namun ketika kasus ini terekspose, orang-orang mulai memcari-cari data para korban, sehingga para korban mulai tidak nyaman dan menjadi was-was.
“Sekarang anak (korban) yang sudah sekolah jadi ingin keluar karena tidak nyaman, jadi semua sudah tahu. Terua ada surat dari orang tua mohon ke kami supaya tidak diganggu. Jadi kembali lagi, ini bukan menutupi tapi tidak mengkespose, ini beda ya,” tegas Atalia.
Istri Ridwan Kamil dengan tegas membantahjelas narasi bahwa dia menyembunyikan kasus Herry Wirawan dengan tidak mengungkapkan ke publik. Atalia berdalih tidak menyembunyikan kasus ini, buktinya kasus ini diproses kepolisian.
“Jadi saat kami masuk ke kami, itu sudah proses (di kepolisian). Perlu kami luruskan, proses hukum itu berjalan jadi bukan dibiarkan. Kami berjuang bersama untuk masa depan anak (korban Herry) ini,” jelasnya.
Menurut Atalia, saat ini perlindungan korban predator seks Herry ini penting untuk ditangani. Sebab bila tidak, Atalia khawatir ke depan korban kekerasan seksual akan makin takut melaporkan dan mengungkap kejadian, sebab mereka trauma akan terekspose masif sehingga kehidupan mereka makin tidak nyaman.
“Bayangkan semua informasi diberikan vulgar, kemudian dipantul warganet sehingga ganas, bagaimana dengan kasus lain, apakah mereka yakin akan melaporkan? Ini pelajaran supaya jangan menyudutkan korban, nanti korban nggak berani melapor,” tuturnya.