Lagi-lagi sepakbola menimbulkan kericuhan, Indonesia dan Malaysia tegang, hastag Ganyang Malaysia menjadi viral.
Aksi spontan warganet mencuit Ganyang Malaysia mengingatkan pada pidato Bapak Proklamator Indonesia, Soekarno puluhan tahun lalu. Namun kali ini yang membuat ramai #ganyangmalaysia adalah karena sepakbola.
Sepakbola yang diharapkan dapat membuat hubungan antar manusia dan antar bangsa erat, dicoreng atas dugaan aksi suporter Malaysia yang melakukan penganiayaan terhadap suporter Indonesia di Stadion Bukit Jalil, Bukit Bintang, Malaysia, 19 November 2019 dalam pertandingan Indonesia dan Malaysia.
Suporter Marah, Hastag ”Ganyang Malaysia” Viral
Sebelum laga kualifikasi Piala Dunia tersebut, sempat viral sebuah video pengeroyokan yang diduga dialami oleh suporter Indonesia. Video dengan keterangan Bahasa Melayau tersebut berisikan konten provokatif dan membuat kemarahan masyarakat Indonesia, khususnya warganet.
Hingga artikel ini ditulis, sebanyak 12,7 ribu tweet dilontarkan netizen di Twitter. Hal tersebut membuat Menteri Olahraga Malaysia Syed Saddiq angkat bicara melakui akun Twitternya.
”Saya sudah maklumkan kepada pihak polis untuk siasat. Kalau ada pihak yang dipukul, tolong suruh dia buat laporan ke pihak polis. We will ensure that there will be a proper & transparent investigation. Keadilan adalah untuk semua, tidak kira dari Malaysia atau Indonesia,” cuit Syed membalas unggahan video Permadi Arya.
Klarifikasi Syed ternyata memicu kemarahan suporter Indonesia di media sosial, lantaran dianggap menyepelekan. Para suporter menginginkan permintaan maaf Malaysia secara langsung kepada suporter Indonesia.
Desakan agar melakukan permintaan maaf ramai dilontarkan warganet dalam cuitan Menteri Olahraga Malaysia, ”lantas kapan klarifikasi minta maafmu?” cuit @DimazAd20163715 dalam klarifikasi Syed.
“Tunjukkan jika negara Anda negara yang terhormat, dengan menegakkan keadilan dan hukum,” cuit akun @ndherek dalam kolom yang sama.
“Ganyang Malaysia” dan Kemarahan Bung Karno
Menelusuri ke belakang, di Yogyakarta pada tanggal 23 September 1963 Presiden Soekarno berpidato dihadapan rakya, dengan lantang ia menyerukan “ganyang Malaysia”, mengapa bisa terjadi?
“Ganyang Malaysia” sekaligus sebagai awal ketegangan antara Indonesia dan Malaysia. Pidato Bung Karno tersebut bukanlah tanpa sebab, hal tersebut dilatarbelakangi oleh penolakan pendirian Federasi Malaysia yang dinilai membahayakan revolusi Indonesia waktu itu.
Soekarno melihat pembentukan Federasi Malaysia adalah usaha Inggis untuk melanggengkan imperialisme. Namun, pidato Bung Karno tersebut merupakan buntut panjang dari rentetan peristiwa.
Dilansir dari Historia, pada 16 September 1963 pemerintahan Malaka dan Inggris mengumumkan pendirian negara Federasi Malaysia yang mencakup wilayah Malaka, Singapura, Sabah, dan Sarawak.
Indonesia merasa terhina dengan pembentukan Malaysia, karena hasil jajak pendapat tidak ditanggapi pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)—hingga kemudian Indonesia keluar dari PBB.
Kemudian pada 17 September 1963 Malaysia yang tidak terima dengan sikap Indonesia memutuskan seluruh hubungan diplomatiknya. Hal tersebut diikuti dengan sikap Indonesia yang memutusan hubungan dagang dengan Malaysia pada tanggal 23 September 1963.
Namun ”Gayang Malaysia” tidak benar-benar terjadi, pada tahun 1965 kondisi politik Indonesia memanas, perang saudara terjadi di dalam negeri. Beberapa tahun kemudian Soekarno mundur, dan Soeharto kembali menjalin hubungan dengan Malaysia.