Waca people power mendapat perhatian khusus dari dua ormas terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU
Wacana pengerahan massa atau people power pasca pemilu serentak 2019 mendapat perhatian khusus dari Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhamamdiyah, Haedar Nashir.
Haedar menilai, yang perlu di lakukan oleh masyarakat Indonesia saat ini adalah melakukan rekonsiliasi agar situasi politik nasional dapat kembali stabil.
Haedar memiliki keyakinan, seluruh masyarakat Indonesia termasuk juga para elite nasional akan terus mengupayakan kerukunan dan persatuan.
ia menambahkan, perlunya untuk terus mengupayakan dialog pada masing-masing kelompok, agar segala bentuk perbedaan (pemilu 2019) dapat terselesaikan dengan baik.
“terus di usahaan agar masing-masing berdialog,” terang Haedar Nashir di Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan, Ciputat, Tanggerang Selatan, Ahad (12/5/2019).
Selanjutnya, Haedar juga mengajak kepada seluruh elite politik tanah air untuk mengedapankan ahlakul karimah serta menjadi suri tauladan yang baik bagi seluruh masyarakt Indonesia.
“saya yakin bahwa jiwa kenegarawanan akan menjadi karakter kolektif bagi elite politik di Indonesia,” ujarnya.
Sebelumnya, ajakan untuk turun ke jalan atau pengerahan massa untuk memprotes pelaksanaan pemilu 2019 banyak di gulirkan di media dalam beberapa minggu terahkir.
Utamanya di media sosial, ajakan untuk turun ke jalan, banyak dilontarkan oleh sejumlah pihak, terutama bagi mereka yang tidak puas dengan penyelenggaraan pemilu 2019.
Wacana people power ini pun juga mendapat penolakan dari Said Aqil Siradj yang merupakan Ketuan Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Said Aqil menilai, pengerahan massa untuk turun kejalan dalam rangka penolakan hasil pilpres 2019 merupakan hal yang tidak perlu untuk dilakukan.
Ia mengimbau kepada seluruh kader NU untuk tidak turut berpartisipasi dalam aksi tersebut.
“itu saya larang betul untuk ikut kegiatan tersebut,” ungap Said Aqil kepada wartawan di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (9/5/2019)
Said Aqil menyebut, adanya aksi people power hanya akan membuat situasi politik nasional menjadi semakin panas. Umat muslim Indonesia harusnya dapat menunjukkan kepada masyarakat dunia karena telah sukses melaksanakan pesta demokrasi.
Said Aqil juga berharap, agar kedepan masyarakt Indonesia tak bernasib sama dengan umat islam yang mendiami tanah Arab saat ini, yang terus berkonflik dalam 40 tahun belakangan.
Ketua Umum PBNU periode 2010-2020 ini juga menyeru kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bersama-sama menjaga keamanan serta perdamaian.
Ia mengatakan, siapapun yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia nantinya harus diterima secara lapang dada serta berbesar hati dan mempercayai KPU dan Bawasalu serta lembaga terkait yang juga turut mendorong kesuksesan penyelenggaran pemilu 2019.
“NU percaya pada KPU, Bawaslu, TNI dan Polri,” kata Said Aqil