Djawanews.com – Presidium Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo), Anita Wahid mengungkapkan dampak buruk pendengung atau buzzer bagi masyarakat.
"Lebih banyak saat ini yang terjadi terpecah belah, mundurnya nalar kritis. Bisa jadi salah satu faktornya penggunaan computational propaganda," ucapnya
Propaganda komputasi sendiri merupakan propaganda yang dilakukan menggunakan algoritma, automasi, dan big data untuk memengaruhi kehidupan publik.
"Contoh dalam konteks Revisi UU KPK, bots banyak bermain. Untuk memperlihatkan yang setuju atau tidak, sehingga jadi justifikasi bagi pengambil kebijakan," lanjutnya.
“Contoh propaganda komputasi lainnya adalah penggunaan influencer. Para influencer dipekerjakan untuk menggaet suara agar publik setuju dengan pembuat kebijakan atau suatu isu,” jelas Anita.
Mirisnya, mayoritas influencer tersebut justru tidak memahami secara utuh isu yang turut mereka dengungkan.
"Influencer mereka biasanya diambil karena mereka terkenal. Seperti saat pengesahan Omnibus [law UU cipta kerja], banyak artis yang ngomongin tapi sebenarnya mereka juga enggak ngerti," kata Anita.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.