Djawanews.com – Geger soal harga BBM yang mengalami kenaikan drastis masih terus menjadi sorotan masyarakat Indonesia. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) prediksi akan terjadi inflasi pada akhir tahun 2022. Tingkat kenaikan harga bahan-bahan pokok ini diperkirakan mencapai 6,6 sampai 6,8%. Hal ini disebabkan karena adanya kenaikan harga Bahan Bakar Mesin (BBM) yang marak beberapa hari lalu.
"Inflasi akhir tahun 6,6 - 6,8% karena kenaikan BBM," ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu Senin, 5 September.
Harga BBM jenis Pertalite dinaikkan menjadi Rp 10.000 per liter dan solar subsidi menjadi Rp 6.800 per liter dan tidak hanya itu Pertamax juga alami kenaikan menjadi Rp 14.500 per liter.
Pemerintah Niat Redam Kepanikan Naiknya Harga BBM dengan BLT, tapi Inflasi Tak Bisa Dihindari
Untuk meredam tekanan ke masyarakat perkara naiknya harga BBM, pemerintah menyalurkan bantuan sosial (bansos) tambahan senilai Rp24 triliun sebagai bantalan bagi masyarakat yang membutuhkan. Ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) senilai Rp600.000 untuk 20,65 juta keluarga.
Kemudian Bantuan Subsidi Upah (BSU) bagi 16 juta pekerja yang berpenghasilan di bawah Rp 3,5 juta per bulan. Adapun bantuan yang diberikan sebesar Rp 600 ribu per pekerja. Pemerintah juga meminta pemerintah daerah memberikan subsidi yang bisa diambil dari dana transfer ke daerah. Tujuannya adalah UMKM, ojek, nelayan dan lainnya.
Hingga Agustus 2022 saja tingkat inflasi berada angka 4,69% (year on year/yoy). Namun angka tersebut lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mencapai 4,94% karena adanya deflasi yang terjadi pada barang-barang tertentu.
Namun prediksi kemenkeu soal inflasi patut dijadikan perhatian melihat bagaimana keadaan harga BBM saat ini yang tentunya akan sangat berpengaruh. Maka dari itu pemerintah pusat dan daerah berusaha meredam adanya tekanan tersebut.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.