Harga minyak mentah dunia kembali melesat di awal perdangan Jumat (3/1/2019). Harga minyak jenis Brent melonjak hingga 3,61 persen ke level 68,64 dolar AS per barel.
Sementara itu, komoditas minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) tumbuh 3,55 persen ke posisi 63,35 dolar AS per barel.
Ketegangan di Timur Tengah dan Damai Dagang AS-China kerek harga minyak
Melambungnya harga komoditas minyak mentah berjangka diduga tak lepas dari meredamnya tensi dagang pemerintah Amerika Serikat (AS) dengan China serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.
Sikap pemerintah AS yang melunak terhadap China mendorong permintaan energi dan harga minyak. Presiden AS Donald Trump mengumumkan, pada 15 Januari mendatang bakal ada kesepakatan penandatanganan dagang dua negara tahap pertama.
Di sisi lain, harga minyak mentah melesat sesaat setelah Amerika Serikat melancarkan serangan udara ke Baghdad AS.
Serangan tersebut berhasil menewaskan dua personil militer Iran yakni pemimpin pasukan elite Quds Force, Jendral Qassim Soleimani dan Wakil Komandan pasukan militer Iran alias Popular Mobilization Forces (PMF) , Abu Mahdi al-Muhandis.
Qasem Soleimani tewas dalam serangan udara AS yang menargetkan mobil mereka di Bandara Internasional Baghdad.
Televisi nasional Iran mewartakan berita tewasnya Soleimani. PMF menyalahkan AS atas serangan udara di Bandara Internasional Baghdad. Akan tetapi, sampai saat ini masih belum ada pernyataan resmi dari pemerintah AS.
Situasi Timur Tengah yang kembali memanas akibat serangan udara AS di Baghdad membuat pasar resah. Jika perang benar-benar terjadi, dikhawatirkan akan ada risiko dari sisi pasokan minyak. Sebab, negara-negara Timur Tengah merupakan negara penghasil minyak.
Tak heran jika sejumlah analis berpendapat, konflik di Timur Tengah akan berpengaruh terhadap ekspor negara-negara produsen minyak. Dengan begitu, harga minyak akan ikut terdampak kedepannya.