Djawanews.com – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya menegaskan seluruh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia menolak wacana Muktamar Luar Biasa (MLB) PBNU. MLB dianggap tidak memiliki urgensi yang jelas dan berpotensi merusak integritas organisasi.
Hal itu disampaikan Gus Yahya setelah memimpin rapat koordinasi (rakor) PWNU se-Indonesia di Surabaya, Sabtu, 30 November.
"Sebetulnya, sampai sekarang kita belum cukup yakin apakah wacana MLB ini serius atau sekadar iseng. Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba muncul ide MLB," ujar Gus Yahya.
Ia mengatakan, selama tiga tahun terakhir, NU telah bekerja keras untuk menjaga dan memperkuat integritas organisasi. Semua upaya itu dinilai sebagai hasil dari kerja kolektif yang tidak boleh diganggu oleh pihak mana pun.
Ketua PWNU Jawa Tengah KH Abdul Ghaffar Rozin (Gus Rozin) menegaskan, seluruh jajaran PWNU se-Indonesia bersepakat menolak rencana MLB yang dinilai merongrong keutuhan NU.
"Kami menolak tegas rencana MLB NU yang dipropagandakan segelintir orang. Upaya ini tidak sejalan dengan ajaran Ahlussunnah wal Jamaah yang menjadi pedoman NU," kata Gus Rozin.
Ia juga mengingatkan bahwa upaya serupa di masa lalu tidak pernah berhasil karena tidak mendapat legitimasi dari warga NU.
Wacana MLB muncul setelah Mubes Alim Ulama di Bangkalan, Jawa Timur, pada 18 Agustus 2024. Pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan yang disebut "Amanah Bangkalan," yang diklaim sebagai dasar penyelenggaraan MLB PBNU.
Ketua Presidium Penyelamat Organisasi dan MLB NU, Abdussalam Shohib (Gus Salam), sebelumnya menyatakan bahwa agenda Pra-MLB akan dilaksanakan di Surabaya pada Desember 2024. Gus Salam mengklaim bahwa sejumlah ulama sepuh mendukung langkah tersebut demi memperbaiki penyelenggaraan organisasi.
Namun, klaim ini mendapat perlawanan dari mayoritas PWNU, yang menilai wacana MLB justru bertentangan dengan prinsip kolektif kolegial NU dan integritas organisasi.
"Apa pun upaya yang mengganggu organisasi akan kami tolak. NU adalah rumah bersama, dan kami bertanggung jawab untuk menjaga keutuhannya," tegas Gus Rozin.
Forum rakor ini mempertegas komitmen NU untuk menjaga stabilitas organisasi di tengah upaya sejumlah pihak yang dianggap berpotensi memecah belah.