Djawanews.com – Partai Gerindra baru-baru ini memastikan Ketua Umum Prabowo Subianto maju mencalonkan diri sebagai calon presiden di Pilpres 2024. Hal itu diungkapkan Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani, dalam Rakorda DPD Gerindra Sulsel, Sabtu, 9 Oktober.
Partai berlambang burung Garuda itu menargetkan perolehan suara Prabowo di Sulawesi Selatan (Sulsel) menang dengan persentase 65 persen.
"Saya katakan, 2024 Pak Prabowo insyaallah akan maju dalam laga pilpres," ujar Muzani dalam keterangannya, Minggu, 10 Oktober.
Merujuk ke survei, nama Prabowo Subianto memang belum terkalahkan sebagai capres. Tapi elektabilitas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno juga sudah berada di urutan ke empat besar terkait calon presiden 2024.
Temuan ini berdasarkan survei Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC). Hasil survei SMRC yang dilakukan dengan simulasi pilihan semi terbuka menyatakan elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih berada di posisi teratas dengan 18,1 persen dan diikuti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dengan tingkat elektabilitas 15,8 persen.
Namun Partai Gerindra nampaknya harus berhitung lebih matang lagi untuk kembali mengusung Ketua Umum Prabowo Subianto pada Pilpres 2024.
Hal itu dikatakan Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menanggapi kemungkinan Gerindra mengusung Prabowo Subianto, Sandiaga Uno atau tokoh lain di 2024.
Pasalnya, meski juara di berbagai lembaga survei namun elektabilitas menteri pertahanan RI itu cenderung stagnan bahkan menurun belakangan ini.
Sedangkan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra sekaligus Menteri Parekraf Sandiaga Uno justru elektabilitasnya terus mengalami kenaikan.
"Prabowo sudah dalam tahapan yang sangat stagnan, sementara Sandiaga Uno masih cukup dinamis dan berpeluang jauh meninggalkan Prabowo Subianto," ujar Dedi, Selasa, 5 Oktober, mengutip voi.id.
Dalam temuan IPO sendiri di dalam 2-10 Agustus lalu, lanjutnya, Sandiaga sudah meninggalkan Prabowo baik dari sisi popularitas maupun elektabilitas.
"Artinya Gerindra harus betul-betul matang. Kalau Gerindra mengajukan kembali Prabowo dan tidak lagi mengusung Sandiaga maka peluang kalah lebih besar dibandingkan dengan mengusung Sandiaga," jelas Dedi.
Kemudian, kata Dedi, tren di Pilpres 2024 adalah tren tokoh baru. Misalnya, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Erick Tohir, Ganjar Pranowo, adalah nama baru yang dalam benak publik belum pernah mengikuti kontestasi.
"Kalau Prabowo jadi satu-satunya orang yang paling senior dalam kancah kontestasi maka orang cenderung akan melupakan. Dan ini bicara data, artinya sudah ada tren penurunan terhadap Prabowo Subianto," terang Dedi.
Jadi, tambahnya, jika Gerindra mau berpikir rasional akan jauh lebih baik sekarang mengusulkan nama lain selain Prabowo Subianto. Paling tidak, kata Dedi, jangan dimenit-menit diakhir pengumuman capres.
"Lebih cepat, lebih baik mereka memutuskan apakah Sandiaga Uno yang akan maju atau tetap Prabowo Subianto," kata Dedi.
"Kalau saya diminta saran, saya akan mengajukan Sandiaga Uno, lebih potensial," sambungnya.
Menurut Dedi, Partai Gerindra jangan memaksakan diri untuk kembali mencalonkan Prabowo Subianto. Sebab, diprediksi sang ketua umum akan mengecap kekalahan pilpres untuk ketiga kalinya.
"Betul (jangan memaksakan, red). Kalau tujuan mereka untuk menang, saya kira Prabowo harus merelakan posisi kandidat capres. Kalau posisinya hanya untuk memenuhi hasrat politik ya silahkan saja, tetapi di atas angka Prabowo tidak lagi menarik bagi pemilih terutama di 2024," tandasnya