Djawanews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) akan memvalidasi bersama Badan Pangan Nasional terkait geger data beras di lapangan pada 31 Desember 2022 mendatang. Tujuannya untuk meninjau angka produksi beras dalam negeri dan memastikan bahwa data produksi beras tidak anjlok.
Kepala BPS Margo Yuwono menyatakan telah melakukan survei pada Juni lalu perihal data beras. Namun, data tersebut perlu dievaluasi kembali karena stok beras dalam negeri sebagian besar berada di masyarakat atau rumah tangga.
"Pada survei Juni, 60-63 persen stok itu ada di masyarakat. Ini barangkali jadi persoalan. Kita evaluasi stok kita di Indonesia akhir Desember nanti," tuturnya saat ditemui di kantor Kementerian Dalam Negeri, Jakarta Pusat pada Senin, 5 Desember 2022.
Lebih lanjut, menurut Margo, produksi beras pada 2022 masih mencukupi jika dibandingkan dengan perkiraan konsumsinya. Masalahnya, panen raya yang berlangsung pada Maret hingga April 2022 hanya terjadi di beberapa wilayah.
Sebab, tidak semua provinsi merupakan sentra produksi padi. Sehingga, pemerintah perlu mengelola penyaluran dari wilayah yang surplus ke wilayah yang kekurangan pasokan beras.
Di sisi lain, BPS melihat pengelolaan pemerintah terhadap stok beras domestik dinilai belum mumpuni sehingga masih perlu dibenahi. Saat panen raya, kata dia, seharusnya Bulog melakukan penyerapan sebagai cadangan beras pemerintah. Dengan demikian pada masa gagal panen, stok itu bisa dimanfaatkan dan bisa didistribusikan ke masyarakat.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan Indonesia menghadapi tantangan dalam menyerap pasokan beras untuk cadangan di Bulog. Tantangan tersebut utamanya soal harga.
Harga beras domestik, kata Arief, masih tinggi bila dibandingkan dengan beras impor. Ia mencatat, harga beras impor berkisar Rp 8.500 sampai Rp 9.000 per kilogram. Harga itu bergantung pada jenis dan kualitasnya. Sementara itu, harga rata-rata beras di penggilingan domestik mencapai Rp 10.300 per kilogram, berdasarkan data dari Kementerian Pertanian.
Stok cadangan beras di Bulog pun kini tersisa 514 ribu ton dan perlu ditambah hingga 1,2 juta ton sampai akhir tahun. Arief menilai penambahan cadangan beras ini penting, selain untuk mencegah geger data beras terjadi juga untuk menambah stok aman, terlebih jika terjadi sesuatu, seperti bencana gempa di Cianjur atau banjir di Jakarta. "Negara itu harus hadir disana. Negara tidak boleh tidak punya stok," kata Arief.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.