Djawanews.com – Seorang pasien klinik kecantikan di Surabaya, Stella Monica Hendrawan dituntut pidana 1 tahun penjara dan denda Rp 10 juta dalam kasus pencemaran nama baik.
Bermula dari curhatan Stella pada Desember 2019. Saat itu, dia mengeluhkan layanan Klinik L'VIORS yang tak sesuai harapannya melalui postingan di media sosial, Instagram.
Pihak L'VIORS yang tidak menerima postingan Stella kemudian mengirim somasi pada 21 Januari 2020. Dalam somasinya, Stella harus melakukan permintaan maaf di media massa setengah halaman dalam tiga kali penerbitan.
Namun permintaan itu, dianggap terlalu berat oleh Stella karena butuh dana yang besar. Stella sendiri telah berinisiatif mengunggah video permintaan maaf di media sosial. Namun pihak L'VIORS meminta menghapusnya.
Karena dianggap tidak merespon somasi, pada tanggal 7 Oktober 2020, tim Siber Ditreskrimsus Polda Jatim kemudian menetapkan Stella sebagai tersangka. Berkas Stella kemudian dilimpahkan ke kejaksaan dan mulai menjalani sidang pada 22 April 2021.
Sidang perdana mendakwa Stella melanggar Pasal 27 Ayat 3 Jo Pasal 45 Ayat 3 UU No 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE. Kemudian sidang tuntutan 21 Oktober, Stella dituntut 1 tahun penjara dan denda Rp 10 juta.
"Menuntut agar majelis hakim menghukum terdakwa Stella Monica Hendrawan dengan pidana penjara selama 1 tahun penjara. Membayar denda sebesar Rp 10 juta subsider 2 bulan kurungan. Membayar biaya perkara sebesar Rp 2.000," kata Jaksa Rista Erna, mengutip detik.com.
Stella tidak tinggal diam, ia mengajukan pembelaan pada 28 Oktober 2021. Sambil terisak menangis, Stella menyebut bahwa dirinya sengaja dibungkam untuk tidak mengatakan hal-hal buruk kepada klinik kecantikan L'VOIRS.
Dalam pendapat Stella, sebagai pihak penyedia jasa atau klinik kecantikan, sudah seharusnya bisa menerima hal baik dan buruk dari konsumen. Namun hal itu tidak dilakukan Klinik L'VOIRS, sehingga membuatnya menjadi pesakitan di kursi sidang.
"Seharusnya sebagai penyedia layanan jasa harus siap menerima feedback baik dan buruk dari konsumennya. Jangan maunya terima feedback yang bagus hanya demi popularitas dan nama baik semata agar dinilai orang sebagai klinik yang tidak pernah gagal mengobati pasien-pasien," papar Stella dalam pembelaannya.
Menanggapi hal itu, Pengacara L'VOIRS, Kosasih mengatakan selama ini, kliennya tidak pernah melakukan pembungkaman terhadap keluhan konsumennya. Sedangkan curhatan Stella di medsos merupakan penggiringan opini dan telah merugikan kliennya.
"Kalau ada keluhan ataupun hal-hal yang menyangkut perawatan di LViors kita selalu terbuka. Tidak benar kalau kita melakukan pembungkaman," ujar Kosasih usai sidang.
"Curhatan yang ditulis Stella bukan sekedar curhat, tetapi menyebutkan fakta tidak benar dan menggiring opini publik yang menyebabkan kerugian besar bagi klinik LVIORS," imbuh Kosasih.
Sidang putusan akan digelar pekan depan. Stella sendiri dalam posisi menunggu putusan atau vonis dari majelis hakim.