Muhammadiyah dan NU memiliki peranan besar untuk merekatkan bangsa Indonesa yang sangat majemuk.
Peace Research Institute Oslo (PRIO) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) mengundang Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) untuk memberikan paparan lunak terkait deradikalisasi.
PRIO memandang, Muhammadiyah dan NU layak dijadikan teladan lantaran telah melakukan pergulatan yang luar biasa untu melawan arus intoleransi.
Sebelumnya, pada Januari 2019 lalu dua organisasi Islam terbesar Indonesia ini masuk dalam nominasi sebagai penerima penghargaan Nobel Perdamaian.
Franz Magnis Suseno dukung muhammadiyah dan NU
rohaniawan katolik dan juga budayawan Indonesia franz magnis suseno atau Romo Magnis memiliki alasan yang kuat mengapa Muhammadiyah dan Nu layak menerima penghargaan Nobel Perdamaian.
Romo Magnis menyebut muhammadiyah dan Nahdlatur Ulama (NU) memiliki peran besar dalam merekatkan bangsa Indonesia yang sangat majemuk atau plural.
Dia mengatakan, Usaha mereka (muhammadiyah dan NU) untuk menjaga persatuan bahkan sudah dimulai jauh sebelum kemerdekaan Indonesia. Kiprah itu tidak hanya dirasakan oleh mayoritas kelompok muslim tapi juga turut dirasakan oleh minoritas non-muslim.
Rohaniawan dan juga Budayawan Indonesia ini mengungkapkan, Indonesia telah lama punya sejarah gerakan radikal. Seperti gerakan DI-TII pada tahun 1950-1966 yang mengancam wilayah Jawab Barat, Aceh, dan juga Sulawesi Selatan.
Selanjutnya pada tahun tujuh puluhan, beberapa ideologi Islam dari Timur Tengah, seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut tahrir serta Wahabi juga ikut masuk ke Indonesia
“Untuk menangkal hal tersebut, tokoh Muhammadiyah dan NU berjuang keras agar pengaruh tersebut dapat berhenti berkembang,” kata Romo Magnis, Kamis (20/6/2019).
Secara garis besar ada tiga prinsip fundamental dari peran Muhammadiyah dan Nu untuk perdamaian dan memajukan toleransi di masyararakat Indonesia. seperti menjunjung tinggi keberagaman, kebebasan beragama, keterbukaan demokrasi serta menolak diskriminasi dan intoleransi.
Lebih dalam lagi, dia memaparkan kedua organisasi tersebut juga menanamkan dan mengembangkan warisan nilai budaya Indonesia yang menjunjung tinggi kerukunan, kebersamaan, serta menghormati hak orang lain.
“Meskipun sebagai minoritas, namun saya merasa Muhammadiyah dan NU tidak pernah menjadi ancaman bagi kami (kelompok minoritas),” terang Franz Magnis Suseno
“Bahkan, kehadiran kedua ormas terbesar di Indonesia ini justru memberikan rasa aman dan jaminan bahwa nilai-nilai pluralisme dan toleransi akan tetap terjaga dan tumbuh di Indonesia,” tambahnya.