Djawanews.com – Pengadilan Singapura menjatuhkan hukuman satu tahun penjara kepada mantan Menteri Transportasi Singapura, S Iswaran terkait kasus penerimaan hadiah berupa sejumlah barang berharga dari para pengusaha, termasuk nebeng jet pribadi. Iswara mengakui kesalahannya telah menerima hadiah saat menjabat menteri.
Dalam putusannya, hakim Vincent Hoong mengatakan putusan hukum itu telah dipertimbangkan dari penuntut dan juga pembela. Pengacara Iswaran, Davinder Singh, mengajukan tuntutan tidak lebih dari delapan minggu penjara, namun Wakil Jaksa Agung, Tai Wei Shyong, meminta hukuman penjara enam hingga tujuh bulan.
"Menurut saya, sudah sepantasnya menjatuhkan hukuman yang melebihi posisi kedua belah pihak," kata Hoong, dilansir CNA, Kamis 3 Oktober.
Hoong menambahkan bahwa menerima tuntutan dari penuntut atau pembela akan menghasilkan hukuman yang jelas-jelas tidak memadai.
Dari hasil pemeriksaan yang sudah dilakukan dengan 56 saksi penuntut yang bersaksi, Hoong mencatat beberapa faktor yang memberatkan hukuman Iswaran. Salah satunya adalah total pelanggaran yang dilakukan, jabatan yang diduduki, dan kerugian bagi kepentingan publik serta kepercayaan terhadap lembaga publik.
"Semakin besar kepentingan publik, semakin besar pula kerugiannya," jelas hakim Hoong.
Dengan demikian, kesalahan Iswaran dinilai lebih tinggi karena ia telah menjabat sebagai menteri selama enam hingga 10 tahun ketika pelanggaran itu dilakukan.
Hakim Hoong juga menemukan bahwa Iswaran telah "bertindak dengan sengaja dalam dakwaan keenam, di mana ia memperoleh 10 tiket Green Room senilai 42.265 dolar Singapura (Rp502 juta) untuk Grand Prix Formula 1 Singapura 2017 dari Tuan Ong, karena ia secara khusus meminta barang-barang tersebut.
"Iswaran juga telah bertindak dengan sengaja untuk perjalanan Singapura-Doha, mengambil cuti pribadi yang mendesak untuk menikmati perjalanan dengan semua biaya ditanggung," kata Hakim Hoong.
Terkait sikap Iswaran yang dengan tegas dan percaya diri tidak bersalah kepada Perdana Menteri Lee Hsien Loong, hakim Hoong menilai hal itu tidak dapat diterima. Terlebih pengakuan itu juga dibarengi dengan pernyataan publik Iswaran yang dengan tegas mengaku tidak bersalah.
Hakim Hoong menekankan Iswaran dapat mengindikasikan bahwa ia menentang tuduhan korupsi awal dan setuju untuk mengaku bersalah atas sisanya, tetapi ia tidak melakukannya.
"Saya tidak dapat menerima bahwa warna dan corak tuduhan tersebut dipengaruhi oleh kerangka awal tuduhan berdasarkan Undang-Undang Pencegahan Korupsi," kata Hoong.
"Tuduhan dalam 165 tuduhan tersebut terkait dengan penerimaan berbagai barang selama periode waktu yang signifikan dalam berbagai insiden yang berkaitan dengan berbagai fungsi resmi terdakwa," imbuhnya.
Vonis terhadap Iswaran ini dijatuhkan lebih dari setahun setelah rincian penyelidikan oleh Biro Investigasi Praktik Korupsi (CPIB) pertama kali terungkap, dan 10 bulan setelah Iswaran pertama kali didakwa di pengadilan.
Iswaran mengundurkan diri dari jabatannya pada bulan Januari dan secara sukarela menyerahkan 380.305,95 dolar Singapura (Rp4 miliar) kepada negara sehari sebelum persidangannya yang direncanakan pada tanggal 24 September.
Pengembalian ini mengacu pada penyerahan keuntungan yang diperoleh secara ilegal dan berbeda dengan restitusi. Botol wiski dan anggur, tongkat golf, dan sepeda Brompton juga disita darinya.
Meski dijatuhi hukuman penjara selama satu tahun, pengacara Iswaran meminta agar hukuman itu ditunda hingga 7 Oktober dan meminta pelaku menyerahkan diri pada pukul 04.00 sore di Pengadilan Negeri.
Namun Singh juga menekankan bahwa hal ini tergantung pada instruksi pembela dari Iswara dengan kemungkinan pengajuan banding. Iswaran bahkan bisa bebas dengan jaminan sebesar 800.000 dolar Singapura (Rp9 miliar) untuk sementara waktu.