Djawanews.com – Eks Kepala Badan Intelijen Strategis atau Kabais TNI, Soleman Ponto menyebut kasus pembunuhan Brigadir Nopransyah Yosua Hutabarat atau Brigadir J bukan lagi polisi tembak polisi tetapi polisi lawan mafia.
"kasus ini dimulai polisi lawan polisi, sekarang ada kemajuan polisi lawan mafia," ucap Soleman Ponto melalui Twitter @kr1t1kp3d45_pro, dikutip dari fin.co.id, Selasa 9 Agustus.
Ia pun membeberkan alasan kenapa kasus Brigadir J ini menjadi polisi melawan mafia.
"Setelah membunuh Mereka dan membersihkan tkp, mereka menghilangkan barang bukti. Barang bukti gak jelas kemana," ungkapnya.
"Berikutnya membuat alibi Irjen Ferdy Sambo melakukan PCR kemana, lalu ketiga berita bohong tembak menembak, satu ahli senjata satu ahli tembak, dan ternyata tidak," tambahnya.
Dari yang sudah dijelaskan tersebut, Menurut Soleman syarat ada mafia sudah terpenuhi. Ia pun menegaskan kepada masyarakat untuk membantu para polisi untuk melawan mafia.
"Jadi 4 persyaratan mafia terpenuhi, makanya kita harus membantu Polisi membersihkan mafia dalam tubuh Polisi," kata Soleman Ponto.
Soleman meneruskan, jika barang bukti di tempat lokasi kejadian tewasnya Brigadir J telah dihilangkan.
Menurutnya Kapolres harus bertanggung jawab atas hilangnya barang bukti.
"Karena barang bukti ada pidananya, nah yang paling bertanggung jawab adalah Kapolres, dan Kapolres sudah di nonaktifkan tetapi belum ditahan ini pertanyaan," tutupnya.
Seperti diketahui polisi telah menetapkan dua tersangka yakni Bharada E dan Brigadir RR. Selain itu, Irjen Ferdy Sambo yang sudah dicopot dari Kadiv Propam saat ini sedang diamankan di Mako Brimob untuk diselidiki dan diminta keterangan atas kasus tewasnya Brigadir J.