Djawanews.com – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi sorotan menjelang acara Reuni Akbar 212. Bagaimana tidak, kemenangan Anies dalam ajang Pilkada DKI Jakarta pada 2017 silam tak lain lantaran adanya dukungan besar dari massa simpatisan 212.
Karena itu, pegiat media sosial Eko Kuntadhi menilai wajar jika Reuni Akbar 212 pasca Anies awal kemenangan dalam Pilkada dihadiri massa yang cukup banyak.
“Dulu setelah 2017 memang pernah digelar reuni 212. Jadi setelah Anies terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta, ada reuninya dan berhasil mendatangkan banyak massa,” kata Kuntadhi dalam CokroTV, dikutip pada Rabu, 1 Desember.
“Tapi ingat waktu itu Anies belum diribetin jadi reuni waktu itu masih dapat dukungan penuh dari Gubernur DKI Jakarta sebagai kompensasi politiknya,” lanjutnya.
Namun keadaan itu jauh berbeda dengan apa yang terjadi sekarang ini, kata Kuntadhi, Anies mulai jaga jarak dengan gerombolan atau kelompok 212.
Menurut Kuntadhi, sikap mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) kepada PA 212 mirip dengan mengunyah sebuah permen karet, sehabis rasa manisnya menghilang, langsung dibuang begitu saja.
“Sekarang coba lihat, Anies malas dengan 212 karena melihat kecenderungan masyarakat dengan gerombolan ini sehingga dia mulai jaga jarak. Di mata Anies gerombolan 212 itu mirip permen karet, kalau sudah enggak manis, langsung di ‘cuuiihh’ (dilepeh) begitu,” ungkap Kuntadhi.
Lantas Kuntadhi menyinggung soal ditangkapnya Habib Rizieq. Ia melihat Anies juga tampak acuh dengan sosok yang berjasa besar dalam karier politiknya itu.
Padahal berkait Habib Rizieq, Anies bisa meraup keuntungan suara Pilkada dari massa yang mengikuti gerakan 212.
“Jadi memang saat ini gerombolan 212 sudah tidak bisa menggunakan Anies sebagai patron politiknya. Coba saja lihat sekarang, saat Rizieq ditangkap, Anies sama sekali enggak menunjukkan perhatian. Padahal jasa Rizieq menaikkan Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta ya besar sekali, terutama dengan gerakan 212,” ujar Kuntadhi.
Kuntadhi juga menjelaskan jelang ajang Pemilu 2024 Anies tampak ingin membersihkan citranya yang melekat dengan kelompok radikal yang berkedok agama.
Menurutnya, Anies Baswedan menyadari jika isu soal politik dan agama sudah tidak lagi jadi lumbung suara di 2024 nanti, isu soal politik dan agama sudah tidak lagi jadi lumbung suara. Makanya dia berusaha membangun citra positif, sebagai sosok nasionalis.
“Jadi kalau reuni 212 sekarang ini Anies sudah enggak mau ngurusin, apalagi isu semacam itu atau isu agama sudah enggak laku di 2024 nanti. Makanya Anies sedang berupaya nyeberang ke tengah, dia enggak mau dicap sebagai gerakan dari kelompok radikal. Dia mau punya citra sebagai tokoh nasionalis bukan anarkis,” imbuhnya.