Djawanews.com – Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun menyoroti dugaan penolakan Anies Baswedan saat ditawarkan untuk mendampingi Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 lalu. Tidak hanya menganalisa penolakan Anies terhadap Prabowo, Refly juga mengungkap sikap Anies akan berbeda jika yang menawarkan adalah Presiden Jokowi.
Hal ini dijelaskan Refly saat membahas soal pernyataan kelompok loyalis Anies Baswedan yang menyatakan harga mati sosok yang mereka dukung menjadi Capres di 2024. Mereka menganggap kalau hanya jadi Cawapres maka di 2019 lalu Anies sudah ditawarkan tetapi menolak. Ternyata analisis Refly harun cukup mengejutkan.
“Mengapa Anies tidak mau dijadikan wakil presiden Prabowo pada Pilpres 2019? Sederhana, karena Anies sudah membaca Prabowo tidak akan menang dan saya pun sudah yakin Prabowo tidak akan menang,” ujar Refly melalui kanal Youtube miliknya, Rabu 13 Juli.
Refly pun menjelaskan secara panjang lebar kenapa Anies atau dirinya sendiri menganggap bahwa sosok Prabowo akan kalah kembali di 2019, salah satunya kemungkinan pemilu yang tidak bersih dengan pengerahan kekuatan di pemerintahan.
Dia juga membagikan pengalaman seorang aktivis yang mengaku bertemu salah satu taipan dan berkata bahwa tak perlu oposisi kampanye karena pemenangnya adalah Jokowi.
“Itu barangkali prediksi, tetapi kita kan harus paham konstelasi poltik yang kita dengar-dengar. Allahu a’lam, ya namanya omongan orang bisa jadi betul based on experience, hanya sekadar nebak, atau memang sudah ada grand design, we don’t know exactly,” jelas Refly.
Sebaliknya, Refly menganggap bahwa jika Anies saat itu (Pilpres 2019) mendapat tawaran posisi Cawapres dari Jokowi, maka Anies disebut bakal menerimanya.
Mengenai alasannya, Refly megungkapkan bahwa dengan berbagai macam skenario yang ada, siapapun orang yang menemani Jokowi akan mendapat “pekerjaan enteng” dan kemungkinan besar akan menang.
“Sebaliknya saya yakin, seandainya pada tahun 2019 misalnya Anies dilamar oleh presiden Jokowi sebagai wakil presidennya, saya yakin Anies mau. Kok bisa begitu? Karena menjadi wakil presiden Jokowi itu paling strategis dan pasti paling besar peluang pemenangnya," ujarnya.