Djawanews.com – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan segera memulai program pelepasan nyamuk ber-Wolbachia sebagai upaya pengendalian demam berdarah (DBD) di wilayah Kembangan, Jakarta Barat. Program ini diharapkan menjadi solusi inovatif dalam menurunkan jumlah kasus DBD yang tinggi di wilayah tersebut.
Tahap pertama dari program ini akan dimulai pada 4 Oktober mendatang, dengan lokasi fokus di RW 7, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan.
Dalam penyebarannya nanti, Dinas Kesehatan DKI Jakarta akan meletakkan ember yang masing-masing berisi ratusan telur nyamuk wolbachia. Dinkes menargetkan sebanyak 1.474 ember untuk ditempatkan di sana.
"Jadi memang sudah di-mapping, dipetakan, ditentukan luas berapa meter. Ada ember, luas 50x50 meter persegi. Jadi, setiap 50x50 meter persegi pasti diletakkan satu ember," kata Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati kepada wartawan, Kamis, 26 September.
Nantinya, ember tersebut akan dipantau oleh warga setempat yang disebut orang tua asuh. Orang tua asuh akan bertugas untuk memastikan nyamuk di ember-ember itu dapat menetas.
Ia menyebut sekitar 800 warga siap menjadi orang tua asuh nyamuk wolbachia itu. Penjagaan penyebaran nyamuk wolbachia ini juga didampingi oleh Jajaran Dinkes DKI serta kader jumantik.
"Orang tua asuh ini sangat penting untuk menjaga, supaya ember ini, sampai dengan 2 minggu sebelum rilis, dia aman. Sehingga, pas dirilis masih dalam keadaan baik, enggak kebuang isinya. Itu saja sebetulnya tugasnya," tutur Ani.
Ani memperkirakan, hanya sekitar 80 persen dari total telur dalam satu ember yang menetas. Setelah itu, nyamuk wolbachia kembali dilepas secara berkala di lokasi yang sama selama 6 bulan.
Dinkes DKI menargetkan populasi nyamuk wolbachia di Kembangan pada 6 bulan kemudian sebesar 60 persen dari total nyamuk yang ada.
"Kita lihat berapa persennya antara yang positif mengandung wolbachia atau tidak. Jadi nyamuknya ditangkap, terus di-PCR, dicek di laboratorium mengandung wolbachia atau tidak. Lalu kita bandingkan ya antara ditangkap ketemu berapa persen yang ber-wolbachia," urai Ani.
Terpisah, Camat Kembangan Joko Sukarno mengaku jumlah kasus DBD terbanyak di Jakarta berada di daerahnya. Sehingga, pemerintah memprioritaskan wilayah dengan penyebaran DBD tertinggi seperti di Kembangan sebagai lokasi pertama penyebaran wolbachia.
"Melalui berbagai sisi asesmen, (Kembangan) termasuk kasus DBD-nya yang tinggi. Sehingga, direkomendasikan Kecamatan Kembangan menjadi pelopor program nyamuk ber-wolbachia," ucap Joko.
Untuk diketahui, pengendalian DBD dilakukan pertama-tama dengan memasukkan bakteri Wolbachia ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti.
Ketika nyamuk aedes aegypti jantan yang ber-wolbachia kawin dengan nyamuk betina liar tanpa bakteri wolbachia, maka virus dengue yang ada pada nyamuk betina diblok, sehingga telurnya tidak menetas.
Di Indonesia, telur nyamuk jantan yang ber-Wolbachia dan betina dimasukkan di dalam ember yang dititipkan di rumah warga. Lalu nyamuk akan berkembang biak dan menghasilkan populasi nyamuk Aedes aegypti di lingkungan yang ber wolbachia.