Djawanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyayangkan pengadaan barang dan jasa di pemerintahan yang diisi produk impor. Padahal, menurutnya, pertumbuhan ekonomi pusat dan daerah bisa tumbuh hingga 1,71 persen jika konsisten membeli produk dari industri dan pabrik lokal.
"Bodoh sekali kita kalau tidak melakukan ini," kata Jokowi kepada para menteri dan kepala daerah dalam acara Pengarahan tentang Aksi Afirmasi Bangga Buatan Indonesia pada Jumat, 25 Maret.
Jokowi lantas bercerita kalau dirinya mulai melihat rinci pengadaan barang dan jasa di pemerintahan pusat, daerah, sampai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tak hanya yang skala makro, tapi juga mikro.
Tapi setelah dipreteli, Jokowi mengaku miris karena pengadaan ini masih banyak diisi oleh barang-barang dari luar.
"Cek yang terjadi, sedih saya belinya barang-barang impor," kata dia sambil geleng-geleng kepala.
Untuk pengadaan barang dan jasa, eks Wali Kota Solo ini menyebut anggaran modal pemerintah pusat mencapai Rp526 triliun. Pemerintah daerah lebih besar lagi yaitu Rp535 triliun. Sementara di BUMN yaitu Rp420 triliun.
"Ini duit gede banget, besar sekali, enggak pernah kita lihat," kata Jokowi.
Kalau saja 40 persen dari total anggaran modal pengadaan ini bisa dialihkan untuk produk lokal, kata Jokowi, maka hal ini bisa memicu pertumbuhan ekonomi di pusat dan daerah sampai 1,71 persen.
Akan tetapi yang terjadi, kata Jokowi, pelaku pengadaan barang dan jasa malah membeli produk impor. Jokowi tak ingin tren ini diteruskan karena praktik semacam ini hanya akan menyebabkan terjadinya capital outflow.
Padahal kalau dialihkan ke produk dalam negeri, akan muncul investasi dan bisa membuka sampai 2 juta lapangan kerja.
"Kalau ini tidak dilakukan, sekali lagi bodoh banget kita ini," kata Jokowi.