Jakarta, (21/12/2019) – Setelah terdengar kabar tentang keberhasilan China merekayasa genetika spesies babi monyet pertama di dunia, virus mematikan muncul menyerang spesies babi. Virus tersebut disebut dengan African Swine Fever (ASF) atau demam Babi Afrika. Demam ini bahkan telah sampai di Indonesia.
Kementerian Pertanian (Kementan) juga membenarkan adanya wabah penyakit itu di Indonesia. Wabah tersebut menyerang babi yang ada di 16 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data yang dikeluarkan Kementan, per 15 Desember 2019 diketahui hampir 30.000 babi di Sumut mati karena wabah ini.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo juga secara resmi telah mengeluarkan surat edaran mengenai wabah penyakit ini. Ia juga mengonfirmasi bahwa wabah demam babi Afrika tidak menyebar di seluruh wilayah di Indonesia, hanya beberapa kabupaten tertentu di Sumatera Utara saja yang terjangkit.
“Kami sudah keluarkan surat untuk mengatakan bahwa memang terjangkit itu [demam babi afrika]. Tapi tidak seluruh Indonesia, hanya kabupaten-kabupaten tertentu di Sumatera Utara,” kata Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Rabu (18/12).
Demam Babi Afrika Tak Berbahaya bagi Manusia
Virus ini memang dikategorikan kuat, bahkan mampu bertahan hidup selama tujuh hari tanpa inang. Virus juga dapat bertahan berbulan-bulan di dalam produk babi olahan yang dibekukan. Dalam Wikipedia dikatakan, virus ini dapat menginfeksi anggota famili Suidae, baik babi liar maupun babi ternak. Meski begitu, wabah ini tak berbahaya bagi manusia.
Babi yang terjangkit virus ini akan mati dalam beberapa hari. Tingkat kematian juga cukup tinggi, Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE) memastikan tingkat kematiannya sebesar 100 persen.
Untuk saat ini, Kementan telah melakukan upaya yang berupa mengisolasi wilayah yang terjangkit virus. Selain itu dilakukan pula upaya pemusnahan babi-babi yang terserang sejak dua minggu lalu.
“Sudah dalam penanganan yang sangat serius, termasuk mengisolasi daerah-daerah itu. Kalau sudah terjangkit, berarti (babi) di daerah itu harus dimusnahkan, dikubur, dengan cara-cara yang sudah dilakukan per dua minggu yang lalu,” katanya kepada wartawan.
Demam babi Afrika ternyata tidak hanya ditemukan di Indonesia. Beberapa negara lain juga mengalami hal yang sama. Virus ini pada dasarnya sedang menyebar di Asia Tenggara, dan dampak paling buruk berada China, Vietnam, dan Filipina.
Dilansir dari Kompas, pengamat dari Rabobank memperkirakan tahun ini produksi daging bagi Vietnam akan turun sebesar 21%, namun dapat bertambah 8% tahun depan. Di Filipina, tahun depan diperkirakan akan mengalami penurunan produksi sebesar 13%, sedangkan di China turun sebanyak 55%. Tidak hanya di ketiga wilayah tersebut, penyakit mematikan bagi babi ini terdeteksi juga di Mongolia, Kamboja, Korea Selatan, Korea Utara, Myanmar, dan Timor Leste.