Djawanews - Proses vaksinasi Covid-19 di negeri ini terancam tersendat menyusul embargo dari negara tempat produksi vaksin. DPR melalui Wakil Ketuanya, Azis Syamsuddin meminta Menteri Kesehatan serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk memprioritaskan Vaksin Nusantara sebagai alternatif pengganti kekurangan stok vaksin Covid-19 yang terancam menipis.
Azis yang jadi Pimpinan Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Korpolkam) bilang, Indonesia perlu memproduksi vaksin buatan dalam negeri. Jadi ketergantungan negeri ini terhadap vaksin dari negara lain bisa ditekan.
"Vaksin Nusantara merupakan karya anak bangsa dan dipastikan dapat mempermudah pengadaan vaksin serta lebih sesuai dengan karakteristik masyarakat indonesia" ujar Azis, politisi Fraksi Partai Golongan Karya (F-Golkar) ini dalam keterangannya, Jumat (9/4/2021).
Azis berharap, pemerintah melalui Kemenkes dan BPOM mau menghargai kerja keras yang dilakukan para ilmuwan dan peneliti dalam negeri dalam menemukan Vaksin Nusantara. Vaksin Nusantara, sebut Azis, sebagai bukti karya bakti ilmuwan tanah air terhadap bangsa Indonesia.
"Vaksin Nusantara merupakan temuan ilmuwan Indonesia yang menjadi bukti bahwa bangsa Indonesia mampu membuat vaksin sendiri. Vaksin Nusantara merupakan karya bakti terhadap bangsa dan negara," pungkas legislator daerah pemilihan (dapil) Lampung II itu.
Yang jadi persoalan, Vaksin Nusantara bukannya tanpa masalah. Kepala Badan POM, Penny K. Lukito menjelaskan kenapa mereka belum memberi izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II terhadap vaksin nusantara karya bekas menteri kesehatan Terawan Agus Putranto.
BPOM menemukan sejumlah kejanggalan. Kalau kata Azis, vaksin ini adalah karya anak bangsa, tapi temuan BPOM malah sebaliknya. Mereka menemukan kalau tim peneliti malah didominasi orang asing. Bahkan, komponen pembuatan vaksin sel dendritik kebanyakan didapat dari komponen impor yang mahal.
Tim peneliti asing merupakan anggota dari pihak sponsor AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat. Tim peneliti Universitas Diponegoro dan RSUP dr. Kariadi Semarang tak banyak andil dalam proses uji klinis I vaksin nusantara ini.
“Memang ada training para dokter di RSUP Kariadi tersebut, Tapi mereka hanya menonton, tidak melakukan langsung, karena dalam pertanyaan juga mereka tidak menguasai,” jelasnya.