Djawanews.com - Sejumlah orang yang sudah divaksin di Singapura, masih terpapar virus corona. Bahkan selama sebulan terakhir, tiga perempatnya adalah orang yang sudah divaksin. Tapi tidak ada satu pun dari mereka yang mengalami sakit parah.
Program vaksinasi yang cepat di negara itu membuat jumlah orang yang belum divaksinasi makin sedikit. Sementara data menunjukkan vaksin sangat efektif mencegah kasus yang parah, data juga mengungkap adanya risiko penularan pada mereka yang telah menerima vaksin, sehingga vaksinasi saja tidak cukup untuk menghambat transmisi virus.
“Vaksin akan melindungi Anda dari Covid-19. Jangan khawatir, ini sangat aman," kata Perdana Menteri Lee Hsien Loong seperti dilansir dari Channel News Asia, Sabtu 24 Juli.
Dikutip dari VOI, dari 1.096 kasus penularan lokal di Singapura dalam 28 hari terakhir, 484 (44 persen) di antaranya berasal dari orang yang sudah divaksinasi penuh, 30 persen dari orang yang divaksinasi sebagian, dan 25 persen belum divaksin, menurut data pada Kamis, 22 Juli.
Ada tujuh kasus serius yang memerlukan bantuan oksigen, dan satu kasus dirawat intensif. Tak seorang pun dari kedelapan pasien itu sudah divaksinasi secara penuh, kata kementerian kesehatan.
"Ada bukti berkelanjutan bahwa vaksinasi membantu mencegah keparahan penyakit jika penerimanya tertular," kata kementerian, seraya menambahkan semua penerima vaksin lengkap yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala, atau hanya bergejala ringan.
Infeksi pada orang yang telah divaksinasi tidak berarti vaksin tidak efektif, kata para pakar.
"Ketika makin banyak orang divaksinasi di Singapura, kita akan melihat lebih banyak kasus infeksi di antara penerima vaksin," kata Teo Ying Ying, dekan Sekolah Kesehatan Masyarakat Saw Swee Hock di Universitas Nasional Singapura (NUS).
"Penting untuk selalu membandingkannya dengan proporsi orang yang belum divaksin... Katakanlah Singapura mencapai tingkat vaksinasi lengkap 100 persen... maka semua kasus infeksi akan berasal dari mereka yang sudah divaksin dan tak satu pun dari yang belum divaksin."