Dilansir dari blog.netray.id: Kenaikan cukai rokok kembali menyita perhatian warganet. Tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) resmi dinaikkan menjadi 10% untuk tahun 2023 dan 2024. Keputusan tersebut diumumkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam rapat terbatas di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Pengumuman tersebut lantas membuka ruang diskusi warganet dengan berbagai opini pro dan kontra. Ada yang mengkritik dan ada pula yang menyambut baik keputusan Sri Mulyani tersebut.
Kenaikan cukai rokok bukan baru pertama kali ini diumumkan oleh pemerintah. Sebelumnya, kabar kenaikan cukai rokok selalu diliputi dengan kritik dan sentimen negatif. Namun, kali ini nada dukungan juga disuarakan. Penekanan angka prevalensi rokok menjadi salah satu yang digarisbawahi warganet untuk mendukung kebijakan ini.
Memantau dengan kata kunci ‘cukai && rokok’, Media Monitoring Netray menemukan 8.025 twit dalam periode pemantauan 2-14 November 2022. Dari total tersebut, 4.815 twit atau 60% di antaranya ialah twit bersentimen negatif. Sisanya, 1.865 twit positif dan 1.345 twit netral. Kata kunci yang telat ditwitkan oleh kurang lebih 4 ribu akun tersebut mampu menjangkau hingga 107,9 juta akun dengan impresi mencapai 15,9 juta reaksi.
Peak time perbincangan ini terjadi pada tanggal 5 November 2022, dua hari setelah kenaikan cukai rokok resmi diumumkan oleh Sri Mulyani. Pada tanggal tersebut, tagar #srimulyanipembunuhpetani santer disuarakan. Dari pantauan Netray, tagar tersebut pertama kali digunakan oleh akun @KomunitasKretek.
Dalam unggahan yang menggunakan tagar tersebut, Komunitas Kretek membagikan thread yang berisikan opini terkait keputusan kenaikan cukai yang akan berimbas pada kesejahteraan petani tembakau dan maraknya rokok ilegal. Thread tersebut pun berhasil menarik atensi warganet hingga meraih banyak impresi. Bahkan tak sedikit warganet yang akhirnya turut menggunakan tagar tersebut sebagai ajang kritik.
Nasib Petani Tembakau
Naiknya tagar #srimulyanipembunuhpetani, selain untuk mengkritik kebijakan Sri Mulyani soal tarif cukai rokok yang makin tinggi juga sekaligus digunakan untuk menyuarakan nasib petani tembakau, pemeran penting dalam produksi rokok. Nasib para produsen tembakau ini kembali menjadi sorotan setelah sebelumny kebijakan yang sama pernah diresmikan di akhir 2021. Terlihat dari gambar Top Words di bawah, kosakata petani mendominasi perbincangan pada topik ini.
Tak sedikit warganet yang merasa simpati dengan posisi petani tembakau di saat kebijakan tersebut kembali dicanangkan. Kenaikan harga tersebut dinilai akan mempengaruhi jumlah konsumen yang hingga akhirnya akan berimbas pada permintaan jumlah tembakau dari petani ke produsen rokok.
Namun, tak hanya isu terkait nasib petani, warganet juga kembali mempertanyakan simpati yang sering digaungkan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh akun @Outstandjing yang menilai bahwa yang menjadi sorotan di balik kebijakan kenaikan CHT seharusnya tak melulu pada nasib petani, tetapi juga soal cerita pemodal dan konglomerat pemilik pabrik rokok sebagai bagian dari hal tersebut.
Merespons twit tersebut, berbagai opini pun bermunculan. Salah satu twit yang senada dengan @Outstandjing ialah twit dari akun @prastow yang menyatakan bahwa alasan dan dampak konkret dari adanya kebijakan tersebut ialah kesehatan. Ditambahkannya, sebagai bentuk simpati dan dukungan terhadap nasib para petani tembakau, pemerintah tengah mengkaji pembatasan impor tembakau agar pasokan domestik dapat terserap di pasaran.
Sama halnya dengan yang ditwitkan oleh @rizqitamiang. Dalam twitnya, Rizqi Fajrin mengatakan bahwa perokok yang bersimpati dengan keadaaan petani tembakau harusnya lebih memilih mengonsumsi rokok kretek atau rokok lintingan. Hal ini karena nilai hasil penjualan tembakau tersebut lebih besar dibanding dari produsen industri rokok besar.
Konsumsi rokok legal disangsikan warganet jika kenaikan cukai rokok terus dijalankan pemerintah. Kemunculan rokok-rokok ilegal justru dinilai akan menjamur setelah ada kebijakan tersebut. Terlihat dari pantauan Netray di bawah ini.
Beberapa warganet membagikan twit dengan lampiran gambar yang menunjukkan bahwa kebijakan kenaikan cukai rokok yang berimbas pada naiknya harga rokok justru akan membuat konsumen beralih ke rokok-rokok non cukai atau ilegal. Dengan harga yang lebih terjangkau bukan tidak mungkin peminat rokok ilegal akan terus bertambah seiring dengan kebijakan kenaikan CHT tersebut.
Dukungan Warganet Terhadap Kenaikan Cukai Rokok
Meski banyak yang mengaku kecewa atas kabar kenaikan cukai rokok, tak sedikit juga warganet yang mendukung kebijakan tersebut. Salah satu alasan yang diusung warganet ialah penekanan terhadap prevalensi rokok. Seperti yang pernah diutarakan oleh Sri Mulyani dalam podcast Deddy Corbuzier, dalam memutuskan kebijakan tersebut pemerintah dihadapkan pada dua pilihan, yakni pertimbangan kesehatan dan dukungan industri rokok.
Oleh sebab itu, kebijakan yang akan secara resmi berlaku di tahun 2023 ini mendapat banyak dukungan dari sejumlah warganet yang menilai kesehatan lebih perlu diutamakan. Dokter spesialis urologi, Akhada dalam akunnya @akhadam77 turut menyatakan dukungan lantaran jumlah pasien yang ia tangani sebanyak 90% merupakan perokok aktif.
Senada dengan dokter urologi di atas, beberapa akun juga mendukung kebijakan ini. Seperti contoh di bawah ini, warganet menyetujui hal tersebut karena rokok dinilai sebagai ‘jajanan’ yang tidak sehat. Selain itu, dukungan juga datang dari warganet yang merupakan mantan perokok aktif. Tak hanya itu, warganet juga menilai keputusan pemerintah terkait lahirnya kebijakan baru ini tentu berdasarkan pertimbangan yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.
Lahirnya kebijakan baru tidak terlepas dari respons positif dan negatif di tengah publik. Selain, suara tagar #srimulyanipembunuhpetani yang mengusung kritik terhadap kebijakan CHT, kali ini pemerintah juga mendapat dukungan dari warganet. Banyaknya jumlah penderita penyakit yang disebabkan oleh rokok menjadi salah satu alasan warganet mendukung program ini.
Simak analisis terkini dan mendalam lainnya di analysis.netray.id. Untuk melakukan pemantauan terhadap isu yang sedang berkembang sesuai kebutuhan secara real time dapat berlangganan atau menggunakan percobaan gratis di netray.id.
Editor: Winda Trilatifah