Djawanews.com – Pemerintah China kini tengah menghadapi masalah baru soal kenaikan harga daging babi yang melonjak drastis. Padahal, masalah COVID-19 di China sendiri belum benar-benar selesai secara tuntas.
China memang lolos dari kenaikan inflasi. Merujuk data pemerintah, inflasi terkendali di level 2,1 pada Mei 2022 (yoy). Namun, China sepertinya harus hati-hati. Karena, harga babi kini melonjak lagi di negara itu.
Mengutip AFP dan Bloomberg yang mengutip Xinhua, makanan utama warga Tirai Bambu terus naik beberapa bulan terakhir. Salah satu indikasinya terlihat di pasar futures China, Hog Futures di Dalia.
Harga grosir juga melonjak ke level tertinggi selama enam bulan. Harga daging babi di China Juni 2022, melonjak 32% dari harga Juni 2021. Ini juga diwanti-wanti laporan Goldman Sach Group Inc terbaru. Kenaikan harga babi bisa mendorong indeks harga konsumen di atas target 3% bank sentral.
Badan perencana ekonomi China, Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengaku tengah mempelajari kemungkinan menjual daging babi stok cadangan untuk mencegah harga naik terlalu cepat. Peternak juga diminta mempertahankan produksi di level normal dan tidak menimbun pasokan.
Harga Daging Babi di China Naik karena Oknum yang Suka Nimbun
"Lonjakan itu terjadi karena perilaku irasional seperti menimbun persediaan secara membabi buta dan keengganan untuk menjual di pasar babi hidup," kata NDRC dalam sebuah pemberitahuan di media sosial.
"Keengganan (melepas pasokan babi) ditujukan untuk meningkatkan keuntungan. Karena itu memerintahkan pemasok utama untuk menyembelih babi secara normal dan tidak menimbun," tegas lembaga itu lagi.
Sebelumnya, harga daging babi di China sempat melonjak signifikan karena demam babi Afrika di 2019. Ini membuat jutaan babi dimusnahkan, membuat pasokan berkurang dan harga naik.
Di tahun itu, China menerapkan sejumlah aturan seperti membebaskan lahan untuk memulihkan produksi daging babi ke tingkat sebelum wabah muncul. Melepaskan stok cadangan juga dilakukan saat itu guna mengendalikan kenaikan biaya.
"Karena harga babi terus naik, peternak mengubah kerugian menjadi keuntungan... Petani sekarang mendapat untung sekitar 60 yuan (sekitar US$9 atau Rp 134.914) per ekor," kata pakar babi Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan China, Wang Zuli, mengomentari soal harga babi dan penimbunan, saat berbicara ke media China CCTV.
"Kita dapat mengatakan hari-hari tergelap bagi peternak babi telah berakhir," ujarnya karena permasalah kenaikan harga daging babi.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.