Djawanews.com - PGI bersama PBNU menggelar diskusi daring dengan topik 'Taliban Menang, Indonesia Tegang'. Salah satu yang dihadirkan adalah Alto Labetubun seorang aktivis kemanusiaan yang 10 tahun tinggal di Afghanistan.
Kata Alto Labetubun, rakyat Afganistan sangat loyal kepada suku atau klan, bukan kepada negaranya. Ini juga yang bikin Taliban dapat dengan cepat masuk dan mengambil alih kekuasaan.
Belum lagi masa lalu Afghanistan yang tidak stabil pemerintahannya hingga menyisakan efek hingga sekarang. Termasuk penegakan hukum dan rasa nasionalisme di negara ini sangat rendah, dan budaya demokrasi yang diciptakan tidak kuat. Sementara korupsi dan konflik juga sangat tinggi.
“Pertanyaannya, apakah Taliban sekarang sama dengan yang sekarang? Taliban sekarang memang menciptakan wajah yang sedikit berbeda secara optik, seperti melakukan negosiasi, dialog," kata Alto Labetubun, Rabu 25 Agustus.
"Ini wajah politik yang cukup berbeda dengan Taliban zaman sebelumnya. Kedua, ada narasi-narasi Taliban untuk tidak mau lagi menjadi safe heaven bagi kelompok teror. Namun saya tidak yakin perubahan radikal ini akan diterjemahkan dalam proses good government. Karena kekuatan Taliban adalah kekuatan yag direkatkan dengan kepentingan pragmatasi," lanjut dia lagi seperti dikutip dari laman resmi PGI yang ditulis oleh Markus Saragih.
Alto meminta Indonesia tidak perlu terlampau khawatir dengan kemenangan Taliban. Dia percaya dengan kemampuan para penegak hukum Indonesia dalam memetakan jaringan teroris. Yang perlu dikhawatirkan justru narasi glorifikasi dari kelompok teroris.
"Kemenangan Taliban memang bisa memunculkan narasi glorifikasi oleh kelompok teroris, juga politikus di Indonesia. Ini yang perlu disikapi supaya tidak lagi terjebak dalam kerangka berpikir pragmatis yang sangat mengedepankan politik identitas,” tegasnya dalam acara yang juga dihadiri oleh KH. Dr. Marsudi Syuhud (Ketua PBNU) dan Mayjen TNI (Purn) Anshory Tadjudin (Mantan Dubes RI di Afghanistan).