Djawanews.com – Pasangan suami istri Budi Raharjo (51) dan Tri Utami (43) warga Desa Penunggalan, Kecamatan Pulokulon, Grobogan, Jawa Tengah harus banting tulang mengidupi sepuluh anaknya yang masih kecil dan duduk di bangku sekolah dasar. Proses pembelajaran secara daring membuat kondisi ekonominya kian tercekik karena pengeluarannya bertambah untuk membeli kuota internet.
Terlebih, karena pandemi virus corona (Covid-19), Budi harus menganggur selama lima bulan. Dia hanya mengandalkan bantuan orang untuk memenuhi kebutahan sehari-hari.
Sempat kesusahan mencari pekerjaan, kini Budi bekerja sebagai kuli bangunan di daerah Semarang, seminggu lalu.
Agar kebutuhan hidupnya terpenuhi, Budi terpaksa memangkas semua uang jajan anak-anaknya. Jatah uang jajan tersebut kemudian dialokasikan untuk membeli kuota internet.
“Saya Cuma kuli proyek, penghasilan Rp 100.000 per hari itu dengan kondisi Covid-19 sangat minim. Untuk kehidupan sehari-hari bisa cukup, alhamdulilah,’ kata Budi, melansir Inews, Rabu (19/8/2020).
Budi mengatakan, dia tetap bersyukur masih bisa menghidupi keluarganya. Namun dia juga tak ingin mengabaikan pendidikan anak-anaknya.
“Untuk pendidikan anak-anak kita harus belajar pakai HP ini yang jadi kesulitan saya. Rumah yang saya huni hampir roboh, dengan anak 10 bagaimana saya harus berpikir mencukupi merek dengan pendidikan mereka, ditambah buat beli kuota itu,” sambung Budi.
Beban Budi semakin berat karena harus mengumpulkan biaya kelahiran anaknya yang ke-11.
Kondisi rumah yang berukuran 7×7 meter yang mereka huni juga sudah tidak layak karena hampir roboh sehingga membahayakan nyawa penghuninya.
Meski begitu, Budi tetap bertahan di rumah tersebut, sebab dia tidak memiliki dana untuk merenovasi kediamannya.