Djawanews.com – Lima bulan sudah, Melvyn Liliana salah satu karyawan perusahaan biro perjalanan khusus wisatawan mancanegara dirumahkan dan hidup dari tabungan tanpa pemasukan sama sekali.
Perempuan berusia 40 tahun itu mengaku campur aduk perasaannya ketika mendengar Gubernur Bali, I Wayan Koster pada Sabtu lalu (22/8/2020) tidak memperkenankan wisatawan asing mengunjungi Pulau Dewata hingga akhir 2020.
“Itu mixed feeling sih, campur aduk sebenarnya. Setujunya [Bali dibuka kembali] karena saya cemas, mau berapa lama saya harus tidak kerja, tapi takutnya kalau sudah dibuka angka [jumlah kasus positif Covid-19] akan tambah,” kata Melvyn dikutip dari BBC.
“Ini kalau dilihat dari kosongnya lebih berasa dibanding waktu Gunung Agung [erupsi], lebih berasa sekali, [pandemi] sangat berpengaruh [bagi pariwisata di Bali].” Lanjutnya.
Melvyn merupakan satu dari 73.631 pekerja di sektor pariwisata di Bali yang dirumahkan tanpa mendapat gaji. Berdasarkan data dari Pemprov Bali, lebih dari 2.600 pekerja di sektor ini telah di-PHK.
“Masuk bulan Maret itu kita banyak banget pembatalan rencana kedatangan, banyak banget, tamu kita biasa dari Eropa, Amerika Serikat, Kanada, India juga, dari Maret itu sehari-harinya cuma membereskan pembatalan saja. Thank goodness aku ada tabungan, tapi ini tabungan seadanya dan sudah lima bulan jadi ketar ketir, apalagi kalau pengeluaran melulu tidak ada pemasukan, agak ketar ketir sih,” resah Melvyn seperti halnya pekerja wista di Bali lainnya.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di Djawanews.