Djawanews - Ada sejuta alasan mengapa kita semua harus mengurungkan niat untuk mudik. Bukan cuma karena larangan pemerintah. Bukan juga soal kamu yang mungkin saja sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan kini merasa aman.
Seumpamanya seperti ini. Andaikan saja kita pernah terinfeksi Covid-19. Atau saat mudik kita membawa dokumen bebas Covid-19. Mungkin saja kita merasa aman untuk melanjutkan perjalanan.
Tapi bayangkan. Dalam perjalanan, potensi kita untuk tertular masih sangat tinggi. Kita tak pernah tahu sekeliling kita apa ada yang positif Covid-19. Cecara tidak langsung orang itu meninggalkan droplet di beberapa bidang atau benda pada fasilitas umum, termasuk transportasi massal baik darat, laut maupun udara.
"Tidak menjamin seseorang yang sudah membawa dokumen negatif COVID-19 akan selamanya negatif. Kita sudah buktikan, mereka yang berada di dalam perjalanan itu punya risiko yang sangat tinggi," kata Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Letjen Doni Monardo di Provinsi Aceh, Selasa (20/4) kemarin.
“Mereka sudah negatif COVID-19, merasa nyaman, tetapi tanpa sadar mereka menyentuh bagian tertentu dari permukaan benda-benda yang mungkin sudah terkena droplet dari seseorang yang positif COVID-19,” jelas Doni.
Jika sudah jadi pembawa virus, malapetaka tinggal masalah waktu. Hampir pasti virus itu akan berpindah ke keluarga yang di kampung.
Dan ini fakta. Belum semua daerah memiliki berbagai fasilitas kesehatan yang lengkap. Belum tentu juga semua kawasan punya dokter atau fasilitas medis sesuai standar dan dapat menangani pasien terkonfirmasi COVID-19. Maka apabila seseorang di daerah tertular, maka risiko fatal sangat tinggi.
“Di kampung belum tentu tersedia rumah sakit, belum tentu tersedia dokter, belum tentu tersedia fasilitas kesehatan yang baik,” jelas Doni.
“Apa artinya? Yang bersangkutan (pemudik) sama halnya secara tidak langsung telah membunuh orang tuanya,” imbuh Doni.