Setiap tanggal 12 Robiul Awal kalender Hijriah, umat islam di seluruh dunia memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau Maulid Nabi Muhammad. Tahun ini, peringatan tersebut jatuh pada Sabtu, 9 November 2019.
Bagi masyarakat muslim, khususnya muslim Indonesia, perayaan Maulid Nabi merupakan ekspresi kecintaan terhadap Rasulullah.
Ungkapan rasa cinta tersebut dirayakan melalui kegiatan-kegiatan pembacaan sirah, biografi serta syair pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad SAW.
Kisah Nabi Muhammad yang mencintai Indonesia
Masyarakat muslim Indonesia selalu antusias dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Antusiasme tersebut ditunjukkan dengan ramainya majelis maulid Nabi seluruh pelosok Indonesia.
Tidak heran jika ‘penutup’ para nabi yakni Muhammad melalui kisah yang diriwayatkan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, sangat mencintai bangsa Indonesia.
Ada sebuah kisah yang tersebar di beberapa media ahlussunnah tentang perjumpaan seorang ulama dengan Rasulullah SAW di Madinah.
Ulama tersebut mengatakan bahwa Nabi Muhammad sangat mencintai Indonesia, karena mereka adalah umatnya yang sangat mencintainya.
Kisah tersebut disampaikan oleh Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki, seorang ulama kenamaan yang kerap mengunjungi Indonesia.
Saat itu, Sayyid Alawi tengah mendampingi gurunya Syaikh Utsman yang sedang berziarah ke makam Rasullah di Madinah.
Ketika rombongan sedang khusyuk berdoa dan melantunkan salawat di depan makam Rasullah, tiba-tiba Syekh Ustman dibuka mata batinnya sehingga Kasyaf bertemu dengan Rasullah yang sedang diikuti oleh beberepa kelompok manusia di belakangnya.
Melihat hal tersebut, Syaikh Ustman kemudian bertanya kepada Nabi Muhammad. “Siapakah mereka, Ya Rasulullah?”
Sambil tersenyum, Rasullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang dari sebuah bangsa yang sangat mencintaiku dan aku mencintainya,”
Jawaban tersebut menjadikan Syaikh Ustman semakin penasaran. “Dari manakah bangsa orang-orang itu ya Rasulullah?”
Rasulullah kembali berkata, “Indonesia”.
Ketika tersadar, Syaikh Ustman langsung melemparkan pertanyaan kepada rombongan yang sedang berziarah.
“Adakah dari kalian di sini yang berasal dari Indonesia? Aku sangat mencintai Indonesia Karena Rasullah mencintai mereka,” ujarnya.
Rasa cinta terhadap Muhammad tak bisa dilepaskan dari perannya dalam membawa perubahan bagi masyarakat Mekkah dan meluas ke berbagai penjuru dunia.
Titik balik perubahan masyarakat Mekkah yang Jahiliyah menjadi masyarakat yang moderat dimulai pasca Muhammad mendapatkan wahyu dari Allah melalui perantara malaikat Jibril. Pasca kejadian itu pula, Muhammad kemudian dipercaya sebagai utusan, dan dalam perjalanan Muhammad pula, Islam diresmikan.
Empat belas abad kemudian, Islam telah menyebar keseluruh dunia dan memiliki lebih dari 1,4 miliar panganut. Dalam hal ini, Muhammad juga berhasil menjadikan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia.
Padal, jika ditinjau secara geografis, Indonesia berada sangat jauh dari tanah arab, tempat di mana Islam pertama kali diperkenalkan.
5 kitab populer dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad
Melansir dari Tirto, ada lima kitab yang kerap dibaca masyarakat Indonesia untuk mengungkapkan rasa cinta kepada Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Allah.
Pertama adalah kitab ‘Iqd Al-Jauhar Fi Mawlid An-Nabiy Al-Azhar’ yang ditulis oleh Syaikh Ja’far bin Husain bin Abdul Karim Bin Muhammad Al-Barzanji.
Ia merupakan seorang ulama dari kota Barzan, Kurdistan. Di Indonesia, kitab ini terkenal dengan nama Maulid Al-Barzanji.
Kedua, kitab ‘Mukhtasahar fi Sirah Nabawiyyah’ yang digubah oleh Imam Abdurrahman Ad-Dziba’I Asy-Syaibani seorang ahli hadis yang tekun dan ahli sejarah dari kota Zabid. Sebagian besar kalangan menyebut kitab ini dengan Maulid Dziaba.
Ketiga, ‘Kasidah Burdah’ Imam Busyiri. Ia adalah seorang alim dari Alexandria yang hidup pada masa dinasti Ayyubiyah.
Dalam kitab ini, terdapat syair yang bernada puji-pujian untuk Nabi Muhammad SAW.
Selanjutnya, ‘Simthut Durar’ yang disusun oleh Habib Ali Bin Muhammad Bin Husyain Al-Habsy. Berdasarkan cerita yang beredar, Habib Ali hanya memerlukan beberapa hari untuk membuat kitab tersebut.
Terakhir, kitab ‘Dhiyaul Lami’ yang dibuat oleh Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Syaikh Abu Bakar bin Salim. Ulama kenamaan ini masih sering berkunjung ke Indonesia hingga saat ini. kitab ini ditulis habib umar hanya dalam waktu enam jam.
Sebagian masyarakat Indonesia, khususnya dari kalangan santri, kitab-kitab yang berisi pujian dan sejarah hidup Nabi Muhammad SAW tidak hanya dibaca, namun juga dihafalkan.